Sabtu, 05 Mei 2012

MEKANISME PERBAIKAN DNA, MUTASI DAN ADAPTASI, MUTASI DAN KANKER, APLIKASI PRAKTIS MUTASI, SERTA SAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESALAHAN PERBAIKAN DNA


Mekanisme perbaikan DNA
Sel-sel prokariotik maupun eukariotik memiliki sejumlah sistem perbaikan yang berhubungan dengan kerusakan DNA. Semua sistem itu melakukan perbaikan DNA secara enzimatis. Beberapa sistem memperbaiki kerusakan DNA akibat mutasi secara langsung. Sebagian lainnya memotong bagian yang rusak sehingga sementara terbentuk celah satu unting DNA yang selanjutnya pulih karena polimerisasi DNA yang dikatalisasi oleh polimerisasi DNA yang dikatalisis oleh polimerisasi DNA maupun karena aktivitas penyambungan oleh ligase DNA.
Perbaikan Kerusakan DNA Akibat Mutasi secara Langsung
1. Perbaikan oleh aktivitas enzim polimerisasi DNA
            Selain mempunyai aktivitas polimerisasi dalam arah 5’→ 3’, enzim polimerisasi DNA pada bakteri (tidak ada pada eukariotik) juga memiliki aktivitas eksonuklease dalam arah 3’ → 5’. Pengenalan kesalahan insersi nukleotida selama polimerisasi oleh enzim polimerisasi DNA sebagai akibat adanya semacam bonggol pada unting ganda molekul DNA yang ditimbulkan oleh adanya pasangan basa yang salah. Dalam hal ini, mungkin enzim polimerisasi DNA memang tidak akan menambah nukleotida baru pada ujung 3’ jika belum terbentuk ikatan hidrogen pada pasangan nukleotida sebelumnya. Polimerisasi DNA akan terhenti dan tidak berlaku hingga nukleotida yang salah dipotong dan diikuti dengan penggantian nukleotida yan benar dan terbentuk ikatan hidrogen yan diperlukan. Pemotongan nukleotida yan dilakukan oleh aktivitas eksonuklease berlangsung dalam arah 3’ → 5’, kemudian setelah pemotongan selesai aktivitas polimerisasi dalam arah 5’→ 3’ oleh enzim polimerase DNA, kemudian DNA akan pulih.
Peran penting aktivitas eksonuklease dari enzim polimerase DNA yang menekan laju mutasi pada bakteri dapat terlihat pada mutasi gen mutator pada E. Coli. Jika gen-gen mutator pada E. Coli mengalami mutasi, maka frekuensi mutasi pada E. Coli menjadi lebih tinggi. Misalnya, mutasi pada gen mut D mengakibatkan perubahan suatu sub unit ε (epsilon) polimerase III DNA yang menimbulkan cacat pada aktivitas perbaikan arah 3’ → 5’, sehingga banyak nukleotida yan salah tidak sempat diperbaiki.
2. Fotoreaktivasi Dimer Pirimidin yang Diinduksi oleh UV
Proses perbaikan yan dibantu oleh cahaya yang kelihatan dalam rentang 320-370 nm, dimer timin (atau dimer pirimidin lain) langsung berbalik pulih menjadi bentukan semula. Fotoreaktivasi dikatalisasi oleh enzim fotoliase yang berfungsi sebagai ‘pembersih’ sepanjang unting ganda mencari bonggol yang terbentuk akibat dimer timin (atau pirimidin lain) dimana dimer yang tersisa setelah fotoreaktivasi hanya sedikit. Enzim ini juga bersifat universal


Gambar perbaikan suatu timin dimer melalui fotoreaktivasi

3. Perbaikan Kerusakan Akibat Alkilasi
Kerusakan DNA akibat alkilasi dapat dipulihkan oleh enzim perbaikan DNA khusus yang disebut metiltransferase O6-metilguanin atau O5methylguanine methyltransferase yang dikode oleh gen ada, yan dimana enzim tersebut akan menemukan O6-metilguanin pada molekul DNA dan selanjutnya menyingkirkan gugus metil tersebut kemudian DNA tersebut pulih kembali.
Perbaikan Kerusakan DNA dengan Cara Membuang Pasangan Basa
1. Perbaikan melalui pemotongan (excision repair)
Proses perbaikan in memperbaiki dimer pirimidin yang terbentuk akibat induksi cahaya UV. Para peniliti mengisolasi beberapa mutan E.coli yang sensitif terhadap UV. Setelah diradiasi UV, mutan-mutan memperlihatkan laju mutasi dalam gelap yang lebih tinggi daripada normal. Mutan-mutan tersebut antara lain uvr A yang dapat memperbaiki dimer hanya dengan bantuan cahaya. Sedangkan mutan yang mampu memperbaiki dimer dalam kondisi gelap adalah uvr A+.


Gambar bagan kerja perbaikan melalui pemotongan atas dimer pirimidin serta distorsi lain DNA yang dikatalisasi oleh enzim endonuklease uvr ABC.

Sistem perbaikan melalui pemotongan pada E. Coli tidak hanya  memperbaiki dimer pirimidin, tapi juga distorsi lain dari helix DNA yan ditemukan oleh enzim endonuklease uvr ABC yang merupakan gabungan dari enzim uvr A, uvr B, dan uvr C. Enzim ini memotong unting DNA yang rusak pada posisi 8 nukleotida ke arah ujung 5’ dari titik kerusakan dan nukleotida ke arah ujung 3’ dari titik posisi dimer tadi. DNA yan dipotong adalah seukuran 12 nukleotida. Pada celah sepanjang 12 nukleotida tersebut terjadi polimerisasi DNA yang dikatalisis oleh enzim polimerase I DNA sehingga terbentuk penggalan yang baru yang kemudian akan disambung ke penggalan lama dengan enzim ligase DNA.


2. Perbaikan dengan Bantuan Glikosilase
Basa yang rusak dapat disingkirkan dari DNA oleh enzim glikosilase yan dapat mendeteksi basa yang tak lazim dan selanjutnya mengkatalisasi penyingkirannya dari gula deoksiribosa.


Gambar bagan penyingkiran basa yang cacat dalam perbaikan DNA yang dibantu             oleh glikosilase

Aktivitas katalizik enzim glikosilase menimbulkan suatu lubang pada DNA, dimana posisi tersebut disebut tapak AP yang merupakan tapak apurinik (tidak ada purin berupa guanin dan adenin) atau tapak pirimidik (tidak ada pirimidin berupa sitosin atau timin). Lubang tersebut kemudian ditemukan oleh enzim endonuklease AP yang selanjutnya memotong ikatan fosfodiester di samping basa yang lepas tadi. Pemotongan tersebut memungkinkan bekerjanya enzim polimerase I DNA (E. Coli). Kemudian enzim polimerase I menyingkirkan beberapa nukleotida didepan basa yang lepas itu dengan aktivitas eksonuklease dalam arah 5’→ 3’ dan melakukan polimerisasi mengisi celah yan terbentuk dengan menggunakan aktivitas polimerasenya. Pada akhirnya, enzim ligase menyambung penggalan nukleotida baru ke ujung arah 3’ dengan pengglan nukleotida yang lama.
3. Perbaikan Melalui Koreksi Pasangan Basa yang Salah
Sistem perbaikan koreksi pasangan basa yang salah dikode oleh tiga gen, yaitu mut H, mut L, dan mut S (pada E.coli). Enzim tersebut mencari pasangan basa yang salah kemudian mengkatalisasi penyingkiran suatu segmen DNA (untin tunggal) yang mengandung pasangan basa yang salah. Enzim polimerase DNA akan mengkatalisasi polimerisasi pada celah yang terbentuk dan penyambungan hasil polimerisasi ke arah ujung 3’ dengan penggalan yang lama dengan enzim ligase DNA.
 
 Gambar bagan mekanisme perbaikan melalui koreksi pasangan basa yang salah

Enzim koreksi pasangan basa yang salah bekerja dengan pertama kali mengenali unting DNA baru karena pada unting DNA baru belum mengalami metilasi. Setelah dikenali, enzim tersebut menyingkirkan basa yang salah dari unting baru tersebut yang selanjutnya terjadi polimerisasi yang dikatalisis oleh polimerase I DNA kemudian hasilnya disambung oleh ligase DNA.
Mutasi dan Adaptasi
Pada dasarnya setiap mutasi yang terjadi tidak ada kaitannya dengan kepentingan apakah mutasi itu bermanfaat atau bahkan merigikan. Efek mutasi itu baru dikulifikasi menguntungkan atau merugikan setelah dihubungkan dengan habitat lingkungan tempat hidup individu yang mengalami mutasi. Peluang tiap mutan memperbesar daya penyesuaian suatu individu lebih besar manakala populasi tersebut menempati habitat baru atau terjadi perubahan lingkungan.
Mutasi dan Kanker
Seagian besar agen mutasi yang kuat seperti radiasi pengion dan radiasi sinar UV bersifat sebagai penginduksi kanker. Berikut ini merupakan teknik-tekinik yang menguji agen-agen yang bersifat mutagenik atau karsiogenik.
Uji karsinogenitas dilaksanakan dengan memanfaatkan rodentia dan tikus yang baru lahir yang kemudian hewan ini disuntik dengan zat yang akan diuji yang selanjutnya akan diperiksa dalam hubungannya dalam pembentukan tumor. Uji mutagenitas juga sering dilaksanakan dengan cara yang sama. Namun, karena mutasi adalah peristiwa yang sangat jarang maka pengujian semacam ini tidak layak dan daya mutagen yang rendah jarang dideteksi.
Adanya korelasi antara daya mutagen dan daya karsinogen sebenarnya sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa kanker disebabkan mutasi somatik. Sifat umum dari semua tipe kanker adalah bahwa sel-sel kanker yang ganas terus-menerus membelah, padahal sel normal tidak membelah. Dalam hubungan ini terlihat bahawa semua sel kanker kehilangan kontrol terhadap pembelahan sel secara normal  dan berakibat terbentuk tumor.
Aplikasi Praktis Mutasi
1. Mutasi yang Bermanfaat dalam Perakitan Bibit
Sekalipun sebagian besar mutasi tidak menguntungkan, upaya untuk mengembangkan sifat-sifat yang diinginkan melalui mutasi induksi sudah dilakukan oleh para perakit bibit tanaman. Tanaman yang tumbuh dari bibit rakitan itu terbukti dapat menghasilkan panen yang meningkat, kandungan zat yang sesuai dengan yang diharapkan, bahkan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
2. Telaah Proses Biologis melalui Analisis Mutasi
Mutasi sudah digunakan secara ekstensif untuk menangkap jalur terjadinya proses biologis. Urut-urutan tahap pada suatu jalur reaksi dapat ditentukan engan cara mengisolasi dan mempelajari mutasi-mutasi pada gen pengkode enzim-enzim yang terlibat. Karena tiap mutasi akan mengurangi aktivitas satu polipeptida, maka melalui mutasi orang dapat menemukan gamak yang sangat berguna untuk pengungkap proses biologis.


                
Intermediet Y dihasilkan dari prekursor X yang dikatalisis oleh enzim A (produk gen A). Intermediet Y tersebut dapat segera dikonversi menjadi produk Z dengan bantuan enzim B (produk gen B). Pada keadaan semacam ini intermediet Y dapat sangat sedikit jumlahnya sehingga secara biokimia sangat sulit diidentifikasi. Namun, jika gen B mengalami mutasi yang tidak memproduksi enzim B, maka intermediet Y akan sering terakumulasi mencapai kadar yang tinggi sehingga memudahkan upaya isolasi identifikasi.
SAKIT GENETIK MANUSIA YANG DITIMBULKAN OLEH KESALAHAN REPLIKASI DNA DAN KESAAHAN PERBAIKAN DNA
Penderita Xeroderma pigmentosum sangat peka terhadap cahaya matahari, megidap banyak tumor kulit terutama pada bagian tubuh yang terbuka misalnya wajah. Penyakit ini disebabkan oleh mutan resesif homozigot yang diduga bersangkutan dengan suatu gen pengkode protein yang berperan pada perbaikan kerusakan DNA. Enzim yang diduga cacat adalah endonuklease yang berfungsi mengenal dimer timin dan mengkatalisasi tahap pertama perbaikan penyingkiran.

  

Gambar bagan jalur perbaikan penyingkiran untuk melepas dimer timin dari DNA

Analisis genetik atas sel-sel pengidap Xeroderma pigmentosum menunjukkan bahwa mutasi pada sebanyak 6 gen yang berbeda dapat menimbulkan penyakit tersebut. Hal tersebut mudah dipahami karena banyak enzim diketahui tersusun dua atau lebih macam polipeptida dan karena mutasi salah satu gen pengkode polipeptida yang terlibat dalam proses perbaikan yang mempunyai banyak tahap dapat menimbulkan hambatan pada suatu jalur perbaikan.
Anemi Fanconi, ataxia telangiactase,serta sindrom Bloom juga disebabkan oleh mutan-mutan resesif homozigot pada autosom. Ketiga penyakit ini sama-sama akibat dari cacat primer pada jalur perbaikan DNA.

1 komentar: