PENGATURAN EKSPRESI GEN PADA PROKARIOTIK
A.
Pengertian
Operon
Di dalam sel prokaryot,
terdapat beberapa gen struktural yang diekspresikan secara bersama-sama dengan
menggunakan suatu promotor yang sama. Kelompok gen semacam ini disebut sebagai
“operon”. Misalnya metabolisme laktosa, arabinosa, dan lain-lain. Pada prokaryot,
secara umum dikenal dua macam sistem pengendalian ekspresi genetik yaitu
pengendalian positif dan pengendalian negatif. Pengendalian (regulasi) pada
suatu gen atau operon melibatkan aktivitas suatu gen regulator (Yuwono,2005)
Gen pada sebuah operon diekspresikan secara
terkoordinasi. Gen tersebut dapat diaktifkan atau dinonaktifkan. Apabila
terjadi ekspresi operon, semua gen yang terdapat di dalamnya mengalami
transkripsi. Dalam hal ini terbentuk mRNA polisistronik yang mengkode semua
protein operon. mRNA polisistronik ini mengandung banyak rangkaian kodon start
dan kodon stop yang memungkinkan pembentukan sejumlah protein dari sebuah
transkrip pada tingkat translasi.
Gen untuk protein yang dihasilkan oleh suatu operon
disebut gen struktural. Transkripsi gen struktural diatur oleh promotor yang
terletak di ujung 5’ operon ke arah hulu dari gen untuk protein. Banyak
mekanisme untuk pengaturan sintesis protein yang mempengaruhi pengikatan RNA
polimerase ke promotor dan dengan demikian bekerja pada tingkat inisiasi
transkripsi. Sebagian protein pengatur berikatan dengan promotor dan
merangsang/menghambat pengikatan RNA polimerase. Pada kontrol positif, protein
pengatur merangsang transkripsi. Pada kontrol negatif, protein pengatur
menghambat transkripsi.
Transkripsi
operon juga dikendalikan oleh faktor sigma (σ) yang berikatan dengan RNA
polimerase yang menyebabkan faktor tersebut mengenali dan lebih mudah berikatan
dengan promotor tertentu. Mekanisme lain melemahkan transkripsi RNA yang sedang
berlangsung. Banyak mekanisme pengatur ini mungkin saling tumpang tindih,
bekerja pada operon tunggal untuk memungkinkan berespon dengan cepat terhadap
perubahan kondisi.
Gambar 1 Regulasi Operon oleh Represor
Gambar
2 Cara Kerja Inducer
B. Regulasi
Pada prokariot
Regulasi ekspresi gen
banyak dimengerti melalui mekanisme yang dipelajari pada bakteri. Sistem
regulasi yang pertama dimengerti ialah system regulasi operan laktosa pada
bakteri E. coli oleh Yacob Manot.
Regulasi ini berperan dalam mengatur produk si enzim β-galaktosidase, ketika
bakteri harus memilih menggunakan laktosa atau glukosa sebagai sumber
karbonnya. Dua sistem regulasi yang paling umum yang paling umum dilakukan pada
bakteri, yaitu system operan laktosa (operan lac) dan system operan triptopan
(operan trp).
Pada operan lac ekspresi gen diatur pada tingkat promoter dengan enzim
transkriptase (pengendali transkripsi). Pada operan trp ekspresi diatur dengan cara menghentikan transkripsi bila
produk transkripsi, yaitu tryptophan sudah mencapai kuantitas yang dibutuhkan.
Gambar 3 Model Operon
C. Pengendalian
negatif operon laktosa (lac)
System operon lac adalah system pengendalian
ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di dalam metabolisme laktosa.
Jika bakteri E.coli yang ditumbuhkan dalam
medium yang mengandung sumber karbon glukosa dan laktosa secara bersama-sama,
maka E.coli akan menumbuhkan pola pertumbuhan yang spesifik. Setelah melalui
fase adaptasi, E.coli memasuki fase eksponensial yang ditandai dengan laju
pertumbuhan yang meningkat secara eksponensial kemudian akan mencapai fase
stasioner. Setelah mencapai fase stasioner
beberapa saat kemudian bakteri akan tumbuh lagi memasuki fase
eksponensial kedua sampai akhirnya mencapai fase stasioner akhir. Dalam fase
pertumbuhan semacam ini ada dua fase eksponensial. Pada fase eksponensial
pertama E.coli menggunakan glukosa
sebagai sumber karbon sampai akhirnya glukosa habis dan E.coli mencapai fase
stasioner pertama. Selanjutnya pada fase
eksponensial kedua, E. coli menggunakan
laktosa setelah glukosa benar-benar habis, pada saat inilah sebenarnya mulai
terjadi proses induksi sistem operon laktosa yang akan digunakan untuk
melakukan metabolisme laktosa, ini disebut pola pertumbuhan diauksik (diauxic)
artinya bantuan, karena kedua macam gula tersebut membantu bakteri untuk
tumbuh.
Pada fase stasioner
pertama, operon lactisa terdiri atas beberapa gen mulai diaktifkan. Operon
laktosa terdiri atas 3 gen struktural utama yaitu gen lacZ (mengkode enzim β
galactosidase), gen lacY (mengkode permease galactosida), dan gen lacA
(transasetilase thiogalaktosida). Ketiga gen structural yang berbeda tersebut
dikendalikan ekspresinya oleh satu promoter yang sama dan menghasilkan satu
mRNA yang bersifat polisistronik (polycistronic) karena dalam satu transkrip
terdapat lebih dari satu cistron (sinonim dari kata gen). Masing-masing cistron
tersebut ditranslasi menjadi tiga polipeptida yang berbeda tetapi semuanya
terlibat di dalam metabolisme laktosa. Selain ketiga gen structural tersebut,
juga terdapat gen regulator lacl yang mengkode suatu protein repressor
(tersusun atas 3.60 asam amino) dan merupakan bagian system pengendalian operon lactose. Operon lactose
dapat dikendalikan secara negative maupun secara positif.
Enzim β galactosidase
adalah enzim utama yang digunakan untuk memotong ikatan β galactosidik yang ada
pada molekul lactose sehingga dihasilkan dua monosakarida, yaitu glukosa dan
galaktosa. Enzim permease galaktosida adalah enzim yang berperanan dalam
pengangkutan lactose dari luar ke dalam sel. Enzim yang ketiga yaitu,
transasetilase thiogalaktosida, sampai sekarang belum diketahui secara jelas
peranannya di dalam metabolisme lactose.
Pengendalian operon
laktosa secara negatif dilakukan oleh protein represor yang dikode oleh gen
lacl. Repressor lacl adalah suatu protein tetramerik yang tersusun atas empat
polipeptida yang identik. Represor ini menempel pada daerah operator (lacO)
yang terletak disebelah hilir dari promotor. Operon lac berukuran sekitar 28
pasangan basa. Penempelan represor semacam ini menyebabkan RNA polimerase tidak
dapat melakukan transkripsi gen-gen struktural lacZ, lacY, dan lacA sehingga
operon laktosa dikatakan mengalami represi. Proses penekanan atau represi
semacam ini terjadi terus menerus selama tidak ada
laktosa di dalam sel. Inilah yang disebut mekanisme efisiensi seluler karena
sel tidak perlu mengaktifkan operon lactose jika memang tidak ada lactose
sehingga energy seluler dapat dihemat. Sel akan cenderung untuk menggunakan
sumber karbon yang lebih sederhana terlebih dahulu, misalnya glukosa, untuk
memenuhi kebutuhan selularnya. Setelah tidak ada lagi glukosa di dalam sel,
maka sel akan mencari alternatife sumber karbon yang tersedia. Jika sel E.coli
ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa dan lactose, maka setelah
glukosa benar-benar habis sel akan melakukan metabolism lactose yang ada dengan
cara mengaktifkan terlebih dahulu system operon lactose. lactose Proses
pengaktifan operon lactose semacam ini disebut sebagai proses induksi.
Induksi operon lactosa dapat terjadi jika ada
lactosa di dalam sel. Lactosa yang ada di dalam medium pertumbuhan sel diangkut
ke dalam sel dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon lactose
sebenarnya tidak sepenuhnya ketat karena di dalam sel selalu ada produk
ekspresi operon ini meskipun pada aras paling dasar. Oleh karena itu, meskipun
belum ada induksi sepenuhnya di dalam sel sudah ada produk enzim permease
galaktosida. Enzim inilah yang akan mengangkut laktosa ke dalam sel. Demikian
pula halnya dengan enzim β
galactosidase di dalam sel yang selalu ada dalam jumlah terbatas, meskipun
belum ada induksi sepenuhnya, sehingga dapat mengubah lactose menjadi
allolactosa. Laktosa adaalh disakarida glukosa/galaktosa yang terikat melalui
ikatan β-1,4, sedangkan alloklactosa mempunyai ikatan β-1,6. Allolaktosa ini
yang sesungguhnya menjadi inducer untuk mengaktifkan operon lactose Yuwono ,
2005).
Gambar 4. Sistem induksi dan
represi pada prokariot (a) Regulasi negative pada system ekspresi gen
prokariot. (sumber Yuwono:, 2005)
Selama tidak ada proses induksi, molekul reseptor
yang di kode oleh lacl akan selalu menempel pada operon lac. Meskipun demikian,
RNA polymerase tetap dapat menempel pada promotor lac, hanya saja tidak dapat
melakukan transkripsi karena terhambat oleh molekul repressor yang menempel
pada daerah operon. Repressor yang dikode oleh lacl merupakan molekul protein
allosterik yang mempunyai sisi pengikatan yang berbeda untuk DNA dan molekul
induser. Protein allosterik (allos [latin] artinya lain, sedangkan sterik
berasal dari kata stereo yang berarti bentuk) adalah protein yang mempunyai dua
sisi pengikatan dengan molekul lain. Jika protein terebut berikatan dengan
suatu molekul, maka hal ini akan mengubah bentuk protein pada sisi yang lain
sehingga mengubah interaksinya dengan molekul kedua. Molekul induser dapat
terikat pada repressor yang berada dalam keadaan bebas di dalam sel maupun pada
saat repressor terikat pada DNA. Dengan adanya induser (laktosa yang diubah
menjadi alolaktosa) maka molekul induser akan menempel pada repressor.
Penempelan tersebut akhirnya mengubah secara allosterik konformasi molekul
repressor sehingga repressor tidak dapat menempel lagi pada operator. Oleh
karena itu, daerah operator berada dalam keadaan bebas sehingga dapat dilewati
oleh RNA polymerase untuk melakukan transkripsi gen lacZ, lacY, dan lacA. Setelah
ditranskripsi, tarnskripsi yang membawa kodon-kodon untuk ketiga macam enzim
tersebut selanjutnya di translasi menghasilkan enzim b-galaktosidase
dan permase galaktosida dan transasetilase thiogalaktosida. Enzim b-galaktosidase
dan permase galaktosida itulah yang akhirnya digunakan untuk metabolisme
laktosa.
D. Pengendalian positif operon laktosa (lac)
Selain dikendalikan secara negatif, operon lac juga dikendalikan
secara positif. Dalam sistem semacam ini operon lac diaktifkan kembali setelah
sebelumnya ditekan sampai aras paling dasar (basal level). Pengendalian positif
memberikan keuntungan bagi sel karena operon laktosa tetap dalam keadaan
nonaktif selama masih tersedia glukosa dalam jumlah banyak. Dalam kasus operon
lac, penghilangan represor dari operator tidak cukup untuk mengaktifkan operon
tersebut sehingga diperlukan suatu sistem yang bekreja secara positif
(mempercepat) proses pengaktifan operon. Pada saat E. coli ditumbuhkan
dalam medium yang mengandung dua macam sumber karbon yang berbeda, yaitu
glukosa dan laktosa, maka sel tidak perlu mengaktifkan operon laktosa jika di
dalam sel masih tersedia glukosa. Hal ini ditunjukkan dalam suatu eksperimen
menggunakan E. coli yang ditumbuhkan dalam medium yang mengandung
suksinat dan IPTG (isopropil thigaluktosida). IPTG mempunyai struktur yang
mirip dengan laktosa sehingga dapat berfungsi sebagai inducer operon laktosa.
Pada saat awal ketika IPTG tersedia, b-galaktosidase dapat diekspresikan. Akan tetapi ketika ditambahkan
glukosa maka sintesis enzim ini mengalami penurunan yang tajam. Pada awalnya
diduga bahwa suatu katabolic glukosa (produk pemecahan glukosa) menjadi
penyebab fenomena ini sehingga kemudian dikenal sebagai fenomena represi
katabolic atau efek glukosa. Akan tetapi, ketika molekul nukleotida cAMP
(cyclic AMP) ditambahkan bersama-sama dengan glukosa, proses represi sintesis b-galaktosidase tidak terjadi. Represi katabolic semacam ini juga
terjadi operon yang lain.
Represi katabolik pada operon lac dilakukan melalui protein
regulator yang dikenal sebagai CAP (catabolic activator protein) dan suatu
molekul efektor
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
Promotor lac mempunyai dua sisi
pengikatan yang berbeda, yaitu sisi
pengikatan untuk RNA polimerase dan sisi pengikatan untuk kompleks CAP‑
cAMP. Kompleks CAP-cAMP terikat pada promotor lac pada daerah diantara
sekuens -72 dan -52 dihitung dari nukleotida pertama operon lac. Sekuens
konsensus sisi pengikatan CAP-cAMP adalah TGTGA. Sisi pengikatan kompleks
CAP-cAMF semacam ini bervariasi dari satu operon dengan operon yang lain,
misalnya pada operon gal sisi pengikatan tersebut terletak pada sekuens -50 dan ‑
23, sedangkan pada operon ara terletak pada daerah -170 dan -78. Meskipun mekanisme rinci pengaktifan operon lac belum diketahui secara jelas, diduga
protein CAP mampu melakukan perubahan pada struktur DNA atau berinteraksi
secara langsung dengan RNA polimerase. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
pengikatan kompleks CAP-cAMP pada promotor membantu RNA polimerase
untuk terikat pada Promotor. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa kompleks
CAP-cAMP dan RNA polimerase saling bersentuhan karena keduanya melekat
pada sisi yang berdekatan di promotor. Kedekatan ikatan CAP-cAMP dengan
RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor
menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase memang secara fisik berdekatan, tetapi pada operan ara sisi pengikatan activator teresbut berada cukup jauh dari promotor. Hipotesis mengatakan bahwa CAP-cAMP mampu menyebabkan perubahan pada struktur DNA yaitu dengan mendekatkan hubungan antara kompleks CAP-cAMP dengan RNA polimerase.
pengikatan untuk RNA polimerase dan sisi pengikatan untuk kompleks CAP‑
cAMP. Kompleks CAP-cAMP terikat pada promotor lac pada daerah diantara
sekuens -72 dan -52 dihitung dari nukleotida pertama operon lac. Sekuens
konsensus sisi pengikatan CAP-cAMP adalah TGTGA. Sisi pengikatan kompleks
CAP-cAMF semacam ini bervariasi dari satu operon dengan operon yang lain,
misalnya pada operon gal sisi pengikatan tersebut terletak pada sekuens -50 dan ‑
23, sedangkan pada operon ara terletak pada daerah -170 dan -78. Meskipun mekanisme rinci pengaktifan operon lac belum diketahui secara jelas, diduga
protein CAP mampu melakukan perubahan pada struktur DNA atau berinteraksi
secara langsung dengan RNA polimerase. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
pengikatan kompleks CAP-cAMP pada promotor membantu RNA polimerase
untuk terikat pada Promotor. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa kompleks
CAP-cAMP dan RNA polimerase saling bersentuhan karena keduanya melekat
pada sisi yang berdekatan di promotor. Kedekatan ikatan CAP-cAMP dengan
RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor
menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase memang secara fisik berdekatan, tetapi pada operan ara sisi pengikatan activator teresbut berada cukup jauh dari promotor. Hipotesis mengatakan bahwa CAP-cAMP mampu menyebabkan perubahan pada struktur DNA yaitu dengan mendekatkan hubungan antara kompleks CAP-cAMP dengan RNA polimerase.
Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa pengikatan CAP-cAMP pada
promotor menyebabkan RNA polimerase dapat tertarik pada promotor membentuk
kompleks promotor tertutup (close promotor complex) yang selanjutnya akan
menjadi kompleks promotor terbuka yang siap melakukan ripsi. Pengikatan RNA
polimerase pada promotor tersebut difasilitasi oleh CAP-cAMP melalui interaksi
protein-protein, pembengkokkan DNA atau kedua-nya.
Gambar 5. Sistem induksi dan represi pada
prokariot (b) Regulasi positif pada sistem ekspresi gen prokariot. (Sumber :
Yuwono, 2005)
E. Pengendalian operon triptofan (trp)
Operon trp berperanan di
dalam sintesis asam amino triptofan pada E. coli. Operon trp,
dikendalikan melalui dua macam mekanisme yaitu : (1) penekanan (represi) oleh
produk akhir ekspresi, dan (2) pelemahan (attenuation). Operon ini dikenal
secara negatif oleh suatu represor seperti pada operon lac. Meskipun demikian,
ada perbedaan fundamental antara kedua operon tersebut. Operon lac adalah
operon yang mengkode enzim-enzim katabolik, yaitu enzim yang digunakan untuk
merombak suatu senyawa, sedangkan operon trp adalah operon yang mengkode
enzim-enzim anabolik yang digunakan untuk sintesis suatu senyawa. Operon untuk
enzim katabolik cenderung akan diaktifkan jika ada senyawa yang akan dirombak,
misalnya laktosa. Sebaliknya, operon untuk enzim anabolic pada umumnya akan
dinonaktifkan jika tersedia senyawa yang akan disintesis, misalnya triptofan,
maka operon trp akan dinonaktifkan. Selain dengan mekanisme pengendalian
negatif semacam ini, operon trp juga mempunyai mekanisme pengendalian lain,
yaitu mekanisme pelemahan yang tidak ada pada operon lac.
Pengendalian negatif operon trp
dilakukan dengan cara menekan ekspresi
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator. Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator. Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
Pada saat triptofan tidak tersedia, atau hanya tersedia dalam
jumlah sangat terbatas, gen trpR hanya menghasilkan aporepresor yang tidak
mampu menempel pada daerah operator sehingga RNA polimerase dapat dengan mudah
melakukan transkripsi gen-gen struktural trpE, D, C, B dan A setelah melewati
daerah attenuator. Sebaliknya, pada saat tersedia triptofan dalam jumlah
banyak, aporepresor yang dikode oleh trpR akan berikatan dengan molekul
triptofan (disebut sebagai ko-represor) sehingga terjadi perubahan struktural
pada protein aporepresor menjadi protein represor yang fungsional. Perubahan
struktural tersebut mengakibatkan represor dapat menempel pada daerah promotor
operon trp sehingga RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen
struktural.
Selain dengan mekanisme pengendalian negatif semacam trp, operon
trp juga dikendalikan melalui mekanisme pelemahan. Perlu dipahami bahwa sistem
represi operator trp sebenarnya tidak cukup kuat, jauh lebih lemah dibandingkan
represor operon lac, sehingga transkripsi gen-gen struktural trp masih dapat
terjadi meskipun ada protein represor. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme
pengendalian yang lain untuk meningkatkan efisiensi selular karena sintesis
asam amino triptofan memerlukan banyak energi.
Jika triptofan dalam jumlah banyak, pada awalnya RNA polimerase
akan melakukan transkripsi sekuens trpL yang kemudian langsung diikuti dengan
transalsi transkrip trpL. Perlu diingat bahwa dalam sistem prokaryot,
tarnskripsi akan langsung diikuti dengan translasi, berbeda dengan eukaryot
yang memiliki sistem terpisah. Meski trpL dapat ditranskripsi namun proses
transkripsi tersebut akan segera diakhiri karena daerah attenuator mempunyai
sekuens terminator transkripsi sehingga akhirnya RNA polimerase terlepas dari
DNA sebelum mencapai gen-gen struktural trpEDCBA. Sekuens terminator pada
daerah attenuator berupa suatu sekuens berulang-terbalik (inverted repeat) yang
diikuti oleh delapan pasangan A-T. Dengan adanya sekuens berulang-balik semacam
ini, maka transkrip mRNA pada daerah ini akan cenderung mengalami pasangan basa
intramolekuler membentuk struktural sekunder jepit rambut (hair pin).
Pembentukan struktur jepit rambut yang diikuti dengan rangkaian basa U tersebut
menyebabkan ikatan antara transkripsi dengan DNA menjadi tidak stabil sehingga
akhirnya transkrip terlepas dan transkripsi tidak dapat dilanjutkan.
Ada 4 sekuens pada daerah peptida awal dan attenuator yang dapat
membentuk, struktur sekuens jepit rambut. Proses pelemahan transkripsi
ditentukan oleh laju translasi peptida awal, relatif terhadap laju
transkripsinya. Sekuens 1 dapat membentuk struktur jepit rambut dengan sekuens
2 (1:2), sedangkan sekuens 3 dengan sekuens 4 (3:4). Struktur jepit rambut 3:4
itulah yang berfungsi sebagai terminator transkripsi sebelum RNA polimerase
mencapai gen trpE. Sebaliknya, jika terjadi struktur jepit rambut antara 2:3,
maka pembentukan struktur 3:4 dapat dicegah,
sehingga tidak ada terminasi transkripsi dan RNA polimerase dapat
berjalan mencapai gen trdEDCBA.
Pengaturan pembentukan struktur sekunder
2:3 atau 3:4 dilakukan dengan mengatur laju translasi peptida awal. Sekuens
peptida awal mengandung dua kodon triptofan (UGG) yang terletak berurutan pada
sekuens 1. Sekuens 1 tersebut dapat membentuk struktur jepit rambut pertama. Keberadaan
dua kodon triptofan yang berurutan semacam ini termasuk jarang karena asam
amino triptofan sangat jarang ditemukan pada struktur protein; triptofan
umumnya hanya ada satu setiap 100 asam amino. Pada saat triptofan tersedia
dalam jumlah sedikit maka jumlah tRNAtrp
(tRNA yang membawa asam amino triptofan) juga akan berkurang. Keadaan ini
menyebabkan ribosom yang melakukan translasi peptida awal akan berhenti pada
daerah kodon triptofan yang pertama sehingga terjadi penumpukan ribosom pada
daerah ini. Ribosom yang menumpuk pada sekuens kodon triptofan pertama
menyebabkan penghambatan pembentukan struktur jepit rambut 1:2, sehingga sekuens 2 dapat membentuk struktur jepit
rambut dengan 3 sekuens (2:3). Akibatnya, struktur jepit rambut 3:4 tidak dapat
terbentuk sehingga tidak ada terminasi transkripsi oleh RNA polimerase.
Sejalan dengan proses transkripsi dan translasi gen struktur
trpEDCBA, maka asam amino triptofan, meningkat, dengan demikian pula dengan
tRNAP. Pada keadaan ini ribosom dapat mencapai daerah terminasi translasi
(UGA), yang terletak antara sekuens 1 dan 2, karena tidak ada lagi hambatan
akibat keterbatasan triptofan sehingga akhirnya ribosom terlepas. Dengan tidak
adanya ribosom maka dapat terbentuk struktur jepit rambut 1:2 dan 3:4, sehingga
struktur 3:4 dapat berfungsi sebagai terminator transkripsi oleh RNA
polimerase.
Pengendalian operon dengan mekanisme serupa (pelemahan) juga
terjadi pada operon his pada E.coli yang mempunyai daerah peptida awal
dengan kodon histin berurutan sebanyak tujuh buah. Selain itu, operon lain yang
juga dikendalikan dengan mekanisme pelemahan adalah operon thr, ilv, leu, dan
phe. Pada bakteri Bacillus substilis, mekanisme pengendalian operon trp,
dengan mekanisme pelemahan dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada saat
triptofan tersedia dalam jumlah banyak triptofan berikatan dengan suatu protein
yang disebut sebagai TRAP dapat melekat
pada RNA-biding atteniator protein). Pengikatan ini menyebabkan TRAP dapat
melekat pada RNA hasil transkripsi gen peptida awal menyebabkan terbentuknya
terminator sehingga transkripsi gen-gen trp tidak terjadi. Sebaliknya, pada
saat triptofan tidak, tersedia dalam jumlah banyak, TRAP tidak dapat berikatan
dengan transkrip gen peptida awal sehingga terbentuk terminator.
F. Pengendalian
Operan ara
Katabolisme L-arabinosa oleh E-coli melibatkan
tiga enzim yang dikode oleh tiga gen berurutan, yaitu araB, araA, dan araD.
Aktivitas transkripsi ketiga gen tersebut diatur oleh gen keempat yaitu araC.
Lokus araC dan araBAD ditranskripsi dengan arah yang berlawanan oleh suatu
daerah promotor sentral. Aktivitas ipromotor araC (Pc) maupun
promotor araBAD (PBAD) distimulasi oleh CAP-cAMP. Operon ara
mempunyai dua operator yaitu araO1 (mengendalikan araC) dan araO2
(mengendalikan araBAD). Operator araO2 terletak cukup jauh dari
promotor PBAD (pada posisi-265 dan -294) tetapi masih mampu
melakukan pengendalian transkripsi. Sisi pengikatan CAP terletak sekitar 200 bp
disebelah hulu dark promotor ara. Protein araC (dikode oleh araC) mempunyai 3
daerah pengikatan yaitu pada araO2, araOl, dan pada aral
yang dapat dibedakan menjadi dua sub-bagian yaitu aral1 dan aral2.
Pada saat tidak tersedia arabinosa, sehingga tidak diperlukan
enzim untuk katabolisme, protein araC melakukan pengendalian negatif dengan
cara menempel pada araO2 dan aral1. Penempelan itu
menyebabkan DNA membengkok sehingga menekan transkripsi operon araBAD.
Sebaliknya, jika arabinosa tersedia, terjadi perubahan konfirmasi protein araC
sehingga protein regulator tersebut tidak dapat menempel pada araO2
melainkan melekat pada aral1 dan aral2. Hal ini
menyebabkan penghilangan struktur bengkokkan DNA yang sebelumnya menekan operon
ara BAD sehingga operon ini dapat ditranskripsi dan translasi menghasilkan
enzim-enzim yang digunakan untuk metabolisms arabinosa.
Protein araC sendiri juga dapat diatur
aras sintetisnya dengan mekanisme autoregulasi. Gen araC ditranskripsi kearah
kiri dari promotornya (PC) sementara disemailah kirinya (disemailah
hulu dari araC) terdapat operator araO1. Pada saat konsentrasi araC
meningkat, protein ini akan menempel pada araO1 sehingga akhirnya menghambat transkripsi araC kearah
kiri (kearah hulu dari lokus araC). Penghambatan transkripsi araC ini pada
akhirnya akan mengurangi jumlah protein represor sehingga tidak disintesisi
dalam jumlah berlebihan.
G. Pengendalian
Operon gal
Operon
gal pada E. coli terdiri atas tiga gen struktural, yaitu galE, galT, dan galK
yang ditranskripsi dari dua promotor yang saling tumpang tindih pada sisi
sebelah hulu dari galE. Operon ini selain bertanggung jawab dalam metabolisme
galaktosa sebagai sumber karbon, juga berperan dalam mengubah UDP-glukosa
menjadi UDP-galaktosa pada waktu tidak ada galaktosa. Meskipun transkripsi
kedua promotor gal dapat diinduksi oleh galaktosa, tetapi produk galE dalam
aras dasar selalu dibutuhkan pada saat tidak tersedia galaktosa. Operon gal
juga diatur oleh sistem represi katabolic. Pada saat konsentrasi cAMP tinggi,
kompleks CAP-cAMP akan menstimulasi transkripsi dari promotor pertama sekaligus
menekan promotor kedua sehingga terbentuk produk gen-gen struktural operon gal.
Sebaliknya, jika bakteri ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa,
sehingga konsentrasi cAMP rendah, maka transkripsi dimulai dari promotor kedua
yang terletak disemailah hulu promotor pertama. Keadaan ini menyebabkan
disintesisinya enzim-enzim gal pada aras dasar (basal level). Kedua promotor
gal tersebut dikendalikan secara negatif oleh produk gen galR yang tidak
terikat dengan operon gal.
SO,,,,,,,,
1. Operon
adalah kelompok gen pada prokariotik yang
diekspresikan secara bersama-sama dengan menggunakan suatu promotor yang sama
2.
Dua sistem regulasi yang paling umum dilakukan pada bakteri, yaitu system
operan laktosa (operan lac) dan system operan triptopan (operan trp).
3.
System operon lac
adalah system pengendalian ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di dalam
metabolisme laktosa.
4.
Operon trp berperanan di dalam sintesis asam
amino triptofan pada E. coli. Operon trp, dikendalikan melalui dua macam
mekanisme yaitu : (1) penekanan (represi) oleh produk akhir ekspresi, dan (2)
pelemahan (attenuation).
Katabolisme
L-arabinosa oleh E-coli melibatkan tiga enzim yang dikode oleh tiga gen
berurutan, yaitu araB, araA, dan araD. Aktivitas transkripsi ketiga gen tersebut
diatur oleh gen keempat yaitu araC. Lokus araC dan araBAD ditranskripsi dengan
arah yang berlawanan oleh suatu daerah promotor s
kok gambarnya g kelihatan
BalasHapus