Transkripsi
Transkripsi merupakan pengkopian
daerah pengkode pada DNA menjadi RNA untai tunggal (Lodish, 2005), pengertian
ini diperjelas lagi dengan definisi transkripsi yang dijelaskan dalam Wikipedia
(2010) bahwa, transkripsi
adalah pembuatan RNA dengan menyalin sebagian berkas DNA, transkripsi merupakan bagian dari rangkaian ekspresi genetik.
Pengertian asli "transkripsi" adalah alih aksara atau penyalinan. Di
sini, yang dimaksud adalah mengubah "teks" DNA menjadi RNA.
Sebenarnya, yang berubah hanyalah basa nitrogen
timin
di DNA yang pada RNA digantikan oleh urasil.
Kata
transkripsi berasal dari bahasa Inggris transcription
atau bahasa latin transcriptio yang
berarti penyalinan atau perekaman. Secara fungsional, transkripsi diartikan
sebagai transfer informasi genetik yang terdapat dalam urut-urutan nukleotida
DNA menuju ke urut-urutan nukleotida RNA (Ayala, 1984 dalam Corebima, 2002);
atau penyalinan atau perekaman informasi genetik yang ada pada DNA (berupa
urutan nukleotida) yang menghasilkan salinan atau rekaman berupa urutan
nukleotida RNA dan menggunakan DNA sebagai template
(cetakannya) (Corebima, 2002).
Ditambahkan
lagi dengan penjelasan dari Wiguna, bahwa transkripsi berlangsung di dalam
inti sel (nukleus) atau di dalam matriks pada mitokondria dan plastida.
Transkripsi dapat dipicu oleh rangsangan dari luar maupun tanpa rangsangan. Pada proses tanpa
rangsangan, transkripsi berlangsung terus-menerus (gen-gennya disebut gen konstitutif atau
"gen pengurus rumah", house-keeping
genes).
Sementara itu, gen yang memerlukan rangsangan biasanya gen yang hanya
diproduksi sewaktu-waktu; gen-nya disebut gen regulatorik karena
biasanya mengatur mekanisme khusus. Rangsangan akan mengaktifkan bagian promoter.
Promoter ini terletak di sebelah hulu bagian yang akan disalin (disebut transcription unit)
B.
Tinjauan Umum
tentang Transkripsi
Menurut Gardner dkk (1991) dalam Corebima (2002), terdapat satu atau lebih
gen yang berperan dalam pembentukan tiap enzim. Dalam biologi molekuler
terdapat dogma sentral yang meringkas pola perjalanan ekspresi gen hingga
membentuk enzim (protein). Dogma sentral yang dikemukakan oleh Crick
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Model dogma sentral mula-mula oleh
Crick (Tamarin dkk, 2001)
Dogma sentral tentang pembentukan protein tersebut menunjukkan bahwa
urut-urutan terbentuknya protein adalah dari DNA mengalami transkripsi menjadi
RNA dan mengalami translasi membentuk protein. Bagan tersebut memberikan
gambaran yang jelas bagaimana gen sangat berperan dalam menentukan fenotipe
suatu organisme.
Akan tetapi, dengan berkembangnya ilmu genetika dan ditemukannya beberapa
fakta baru tentang aktifitas materi genetik, diantaranya tentang fenomena
transkripsi balik maupun replikasi RNA. Maka model dogma sentralpun disempurnakan,
sebagaimana yang tampak pada gambar yang telah disesuaikan berikut:
Gambar
2.2 Model dogma sentral yang telah
mengalami penyempurnaan (Tamarin dkk, 2001)
Sebagaimana
dibahas sebelumnya, bahwa dalam transfer informasi genetik dari DNA
ditranskripsikan menjadi RNA, namun kita tahu bahwa DNA merupakan untai ganda
sedangkan RNA hanya memiliki untai tunggal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
dijelaskan pada Gardner dkk (1991) dalam Corebima (2002) bahwa transkripsi
terjadi hanya pada satu untaian DNA saja, yang disebut untai sense (sense strand), gen-gen yang berbeda
mungkin memiliki untai sense yang berbeda pula. Artinya rantai mana yang dibaca
sebagai sense akan berbeda untuk
gen-gen yang berbeda.
Gen
yang lengkap terdiri dari 3 bagian utama: (1) daerah pengendali (regulatory region) yang disebut promoter
yang terletak pada ujung 5’, (2) bagian struktural gen yang berisi urutan DNA
yang akan ditranskripsikan, dan (3) bagian terminator yang terletak di hilir (downstream) daerah struktural. Dalam proses transkripsi, DNA akan
diterjemahkan menjadi kode-kode dalam bentuk RNA. Ada 3 macam RNA hasil
transkripsi DNA, yaitu mRNA, tRNA dan rRNA. Molekul tRNA dan rRNA nantinya
tidak memasuki tahap translasi, melainkan tetap dalam bentuk RNA karena molekul
yang digunakan adalah RNA itu sendiri (Yuwono, 2008).
Di
dalam proses transkripsi, terdapat beberapa komponen yang terlibat yaitu (1)
urutan DNA yang akan ditranskripsi, (2) enzim RNA polimerase, (3) faktor-faktor
transkripsi, (4) prekursor untuk sintesis RNA (Yuwono, 2008).
Enzim
RNA polimerase atau RNA transcriptase adalah enzim yang
mengkatalisis reaksi polimerisasi nukleotida pada RNA. Pada E. coli, (prokariotik) gennya ditranskripsi
menggunakan satu tipe RNA polimerase (Brown, 1989 dalam Corebima,
2002) sedangkan pada eukariot, terdapat tiga tipe RNA polimerase, yaitu RNA polimerase I, RNA polimerase II
dan RNA polimerase III. Menurut Corebima (2002), terdapat perbedaan RNA polimerase berdasarkan tipe gen yang
ditranskripsikan dan proporsi seluruh aktivitas transkripsi, sebagaimana
dijabarkan dalam tabel berikut:
RNA Polimerase
|
Tipe gen
yang ditanskripsikan
|
Proporsi seluruh
aktivitas transkripsi
(%)
|
Letak dalam sel
|
Sensitivitas Terhadap Amanita
phalloides
|
I
|
Gen-gen RNA-r (28S, 18S, dan
5S)
|
60
|
Nukleolus
|
Tidak sensitif
|
II
|
Terutama gen-gen yang mengkode protein, atau secara rinci: hnRna, RNA-d
dan beberapa RNA-m
|
10
|
Nukleoplasma
|
Sangat sensitif
|
III
|
Gen-gen RNA-t, gen-gen RNA-r
5S, dan beberapa snRNA*
|
10
|
Nukleoplasma
|
Cukup sensitif
|
Catatan : snRNA = small nuclear
RNA
(diadaptasi dari Brown, 1989 dan Russel, 1994 oleh
Corebima, 2002)
Tabel
2.1 Aktivitas tiga macam RNA polimerase
pada
sel-sel
makhluk hidup eukariotik
2.1 Transkripsi pada Prokariot
Transkripsi
berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: tahap inisiasi, elongasi dan terminasi
(Campbell dkk., 2002; Brown dalam Corebima, 2002).
Yuwono (2008) menyebutkan bahwa pada umumnya, gen
yang mengkode protein pada prokariot adalah gen dengan kopi tunggal (single
copy), sedangkan gen yang mengkode tRNA dan rRNA berupa gen dengan jumlah
kopi banyak (multiple copies). Organisasi gen dalam organisme prokariot
disebut operon. Suatu operon adalah organisasi beberapa gen struktural yang
ekspresinya dikendalikan oleh satu promoter yang sama.
Contoh dari operon adalah lac operon, operon yang
mengendalikan kemampuan metabolisme pada E. coli. Terdapat 3 macam gen
dalam lac operon, yaitu gen Z (mengkode β-galaktosidase), gen Y (mengkode permease),
dan gen A (mengkode trans-asetilase). Masing-masing gen struktural memiliki
kodon inisiasi awal dan kodon terminasi, tetapi ekspresinya dikendalikan oleh
satu promoter yang sama. Pada saat transkripsi, terbentuk 1 RNAd yang membawa
kodon untuk 3 macam polipeptida yang berbeda (polisistronik). Masing-masing
polipeptida akan ditranslasi secara independen dari satu untaian RNAd yang sama
(Yuwono, 2008).
Beikut penjelasan lebih lanjut tentang
tahapan-tahapan dalam proses transkripsi,
A.
Inisiasi
Tahap inisiasi berupa
pengenalan holoenzyme (RNA polimerase) pada tapak awal inisiasi atau yang disebut sebagai promoter. Pengenalan
promoter ini berlangsung melalui pelekatan/pengikatan holoenzyme (RNA
polimerase) pada posisi promoter. Bagian RNA polimerase yang mengenali promoter adalah subunit τ (sigma) (Corebima, 2002).
Semua promoter mempunyai
urut-urutan nukleotida yang sama atau sangat mirip. Pada E. coli diketahui
ada dua macam urut-urutan promoter yaitu 5'-TTGACA-3' (-35box) dan
5'-TATAAT-3' (-10 box atau Pribnow box). -10 menunjuk pada lokasi box
tersebut terdapat berkaitan dengan posisi awal transkripsi. (Ayala, dkk., 1984;
Freifelder, 1985; Brown, 1989; Klug, dkk., 1994 dalam Corebima, 2002).
Pada awal proses pengikatan RNA
polimerase (holoenzime) dengan promoter disebut sebagai "kompleks promoter
yang tertutup" atau Closed promoter complex (Brown, 1989 dalam
Corebima, 2002). Dalam bentuk closed
promoter complex, enzim polimerase menutupi atau "melindungi"
sekitar 60 bp (base pairs) dari heliks ganda, bermula dari posisi di
depan (upstream) -35 box menuju ke arah -10 box. Diduga holoenzyme
RNA polimerase secara khusus mengenali -35 box sebagai tapak
pengikatan DNA, meskipun kesimpulan ini masih kontroversial. Akan tetapi
dinyatakan lagi, bahwa -10 box adalah daerah yang jelas-jelas merupakan
tempat pemutusan ikatan hidrogen antara basa (yang disebut peleburan), maupun
tempat pertama terbukanya lilitan heliks ganda DNA (Corebima, 2002).
Setelah RNA polimerase berlekatan dengan bagian promoter, selanjutnya akan
membentuk formasi open promoter complex,
yakni struktur yang terbentuk akibat pemutusan ikatan hidrogen maupun
terbukanya lilitan heliks. Dengan terbentuknya open promoter complex tersebut
memungkinkan terjadinya proses polimerisasi RNA, setelah terlebih dahulu
berlangsung polimerisasi pertama yang menghadirkan dua nukleotida yang pertama.
B.
Elongasi
Setelah tahap inisiasi selesai, maka dilanjutkan dengan
tahap elongasi. Selama tahap elongasi, RNA polimerase (core enzyme)
memutuskan ikatan hidrogen, serta membuka lilitan heliks ganda. RNA polimerase bergerak sepanjang
molekul DNA dan menghubungkan ribonukleotida-ribonukleotida ke ujung 3’
pada molekul RNA yang sedang tumbuh, sesuai dengan macam basa pada DNA yang
menjadi cetakannya (Brown 1989 dalam Corebima, 2002). Proses ini berlangsung
dengan arah polimerisasi dari ujung 5’
ke ujung 3’.
Selama berlangsungnya
polimerisasi, bagian molekul RNA yang telah terbentuk, secara bertahap terlepas
ikatannya dari untaian DNA pengkode, sehingga memungkinkan segera terbentuknya
kembali heliks ganda seperti semula. Dalam hubungan ini bagian DNA yang terbuka,
atau yang disebut "gelembung transkripsi" hanya mengandung pasangan
basa RNA-DNA sejumlah antara 12 sampai 17 (Corebima, 2002).
C.
Terminasi
Proses elongasi pada akhirnya harus dihentikan,
penghentian ini dinamakan terminasi. Menurut Yuwono (2008), proses terminasi
transkripsi pada prokariot dapat dikelompokkan menjadi 2 kelas, yaitu: (1)
terminasi yang ditentukan oleh urutan nukleotida tertentu (rho-independent) dan
(2) terminasi yang diatur oleh suatu protein (faktor ρ) (rho-dependent). Kelas
pertama dicirikan oleh struktur jepit rambut dan lengkung. Dewasa ini diketahui
adanya perbedaan struktur antara terminasi yang tergantung pada faktor ρ (dependent
terminator), dan yang tidak tergantung pada faktor ρ atau ρ-independent
terminator (Brown, 1989). Dalam hal ini struktur terminator yang tidak
tergantung pada faktor ρ memiliki suatu seri pasangan basa A-T langsung
mengikuti palindrom. Pasangan basa A-T ini menyebahkan terbentuknya suatu seri
5 sampai 10 U pada ujung 3' dari RNA hasil transkripsi.
Urut-urutan proses transkripsi yang telah dibicarakan di
atas, secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada prokariot, translasi terjadi sebelum transkripsi sepenuhnya
dirampungkan. Hal ini dimungkinkan karena pada prokariot molekul mRNA di
translasikan berdasarkan arah dari ujung 5` ke ujung 3`. Selain dari itu, pada
prokariot tidak terdapat membran inti, sehingga tidak ada yang memisahkan
transkripsi dan translasi (sebagaimana yang terjadi pada eukariot) sehingga
translasi dapat segera dilakukan
(Gardner, dkk. 1991).
2.2 Transkripsi pada Eukariot
Mekanisme transkripsi secara umum pada organisme eukariot
sama dengan pada prokariot, yaitu melalui tahapan inisiasi, elongasi dan
terminasi. Perbedaan antara transkripsi
pada eukariot dengan prokariotik adalah RNA
polimerase tidak melekat pada DNA selama proses inisiasi.
Inisiasi transkripsi pada eukariot diperantarai oleh
faktor-faktor transkripsi yang bersifat spesifik untuk tiap macam RNA polimerase. Segera setelah inisiasi,
RNA polimerase langsung berikatan
pada DNA. Ketiga macam RNA polimerase
pada eukariot membutuhkan prakondisi yang berbeda untuk terlibat dalam
transkripsi (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Tiga macam RNA polimerase mengenali urutan promoter
yang berbeda; dan membutuhkan perangkat protein yang berbeda (disebut “faktor
transkripsi” atau “transcription factor”).
Berikut penjelasan dari ketiga RNA polimerase yang bekerja pada eukariot.
A.
RNA Polimerase I
Dalam Gardner
(1991), dijelaskan bahwa RNA polimerase I terletak pada nukleolus dan
mengkatalis pembentukan rRNA
B.
RNA Polimerase II
Masih dalam
Gardner dkk (1991), dijelaskan bahwa RNA polimerasi II mentranskripsikan
sebagian besar gen-gen struktural inti. RNA polimerase II ini bertanggungjawab
pada pembentukan pra-mRNA.
C.
RNA Polimerase III
RNA polmerase III, sebagaimana RNA polimerase II, tidak
berada di nukleolus, melainkan di nukleoplasma. RNA polimerase III ini
mentranskripsikan gen-gen untuk inti kecil RNAs dan tRNAs. Tempt pelekatannya
berada di antara gen-gen tersebut (Gardner dkk, 1991).
Sedikit telah disinggung di atas bahwa pada eukariot
transkripsi terjadi tidak bersamaan dengan translasi. Dengan adanya membran
inti, pada eukariot dapat dibedakan tempat terjadinya transkripsi dan
translasi, transkripsi terjadi di dalam inti sedang translasi terjadi di
sitoplasma. Waktunya pun tidak dapat terjadi secara bersamaan, sebab sebelum
dapat melakukan translasi, harus merampungkan terlebih dahulu proses
transkripsi. Proses transkripsi dan translasi pada eukariotpun lebih kompleks
daripada prokariot (Gardner, dkk.
1991).
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan di dalam makalah ini,
dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:
1)
Transkripsi merupakan pengkopian daerah pengkode pada DNA menjadi RNA
untai tunggal (Lodish, 2005). Kata
transkripsi berasal dari bahasa Inggris transcription
atau bahasa latin transcriptio yang
berarti penyalinan atau perekaman. Secara fungsional, transkripsi diartikan
sebagai transfer informasi genetik yang terdapat dalam urut-urutan nukleotida
DNA menuju ke urut-urutan nukleotida RNA.
2)
Dogma
sentral tentang pembentukan protein menunjukkan bahwa urut-urutan terbentuknya
protein adalah dari DNA mengalami transkripsi menjadi RNA dan mengalami
translasi membentuk protein.
3)
Secara umum
transkripsi berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: tahap inisiasi, elongasi dan
terminasi.
4)
Pada
prokariot, translasi terjadi sebelum transkripsi sepenuhnya dirampungkan. Hal
ini dimungkinkan karena pada prokariot molekul mRNA di translasikan berdasarkan
arah dari ujung 5` ke ujung 3`. Selain dari itu, pada prokariot tidak terdapat
membran inti, sehingga tidak ada yang memisahkan transkripsi dan translasi
(sebagaimana yang terjadi pada eukariot) sehingga translasi dapat segera
dilakukan.
5)
Dengan
adanya membran inti, pada eukariot dapat dibedakan tempat terjadinya
transkripsi dan translasi, transkripsi terjadi di dalam inti sedang translasi
terjadi di sitoplasma. Waktunya pun tidak dapat terjadi secara bersamaan, sebab
sebelum dapat melakukan translasi, harus merampungkan terlebih dahulu proses
transkripsi. Proses transkripsi dan translasi pada eukariotpun lebih kompleks
daripada prokariot (Gardner, dkk.
1991).
MODIFIKASI PASCA TRANSKRIPSI
Tiap unit transkripsi dapat
berulang banyak kali. Karenanya, terbentuk susunan gen RNAr yang berulang.
Jumlah perulangan gen RNAr bervariasi antara berbagai spesies makhluk hidup
eukariotik, berkisar 100 sampai dengan 1000 kali. Misalnya pada khamir (140 unit
trnskripsi), Drosophila (260 unit transkripsi) dan pada sel hela (1250 unit
transkripsi).
Molekul RNAr prekursor
mengandung 3 urutan RNAr serta urutan penyelanya. Urutan penyela ini disebut
sebagai spacer sequences (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Spacer sequences terdiri dari 2 macam, yaitu
ETS (External transcribed spacer) dan ITS (internal transcribed
spacer). Urutan penyela nantinya akan disingkarkan dari prekursor RNAr.
Variasi ukuran panjang penyela berkaitan dengan variasi panjang unit transkripsi
DNAr. Antar unit-unit transkripsi terdapat NTS (non transcribed spacer)
yang terletak pada ujung 5’ maupun 3’ tiap unit transkripsi. Urut-urutan
penting yang mengontrol transkripsi DNAr berada di dalam daerah NTS. Ukuran
panjang NTS juga bervariasi antara spesies satu dan lainnya, misalnya katak
(3-9 kb) sedangkan manusia (sekitar 90 kb).
Intron juga ditemukan pada gen
RNAr organisme eukariotik tingkat rendah seperti Physarium, Tetrahymena dan
Drosophila. Hasil transkripsi intron akan dipotong dari prekursor RNAr untuk
menghasilkan RNAr yang siap pakai. RNA ploymerase I hanya mengkatalisis
transkripsi dari unit transkripsi prekursor RNAr, sedangkan RNA polymerase
II dan III dapat mengkatalisis transkripsi aneka ragam gen (Russel, 1992 dalam
Corebima, 2002).
Urutan promoter RNA
polymerase I terletak di huulu tapak inisiasi transkripsi. Terdapat 2
daerah, yaitu (1) elemen promoter inti (core promoter element) yang
terlipat menutupi titik awal transkripsi membentang dari posisi +7 hingga -45;
dan (2) elemen kontrol hulu (upstream control element) yang membentang
dari posisi -107 hingga -186. Pembagian daerah promoter ini terjadi pada
promoter DNAr manusia sedangkan pada kodok, daerah promoternya tidak terbagi
dengan jelas, hanya membentang dari posisi +6 hingga -141. Urut-urutan promoter
ini khas pada tiap spesies. RNA polymerase hanya dapat mengkatalisis
transkripsi gen RNAr yang berasal dari spesies berkerabat dekat pada sistem
transkripsi in vitro karena berkaitan dengan faktor transkripsi yang dibutuhkan
untuk transkripsi DNAr.
RNA polymerase I tidak melekat langsung pada promoter (seperti RNA
polymerase III). Yang berlekatan langsung pada promoter adalah
faktor-faktor transkripsi (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Pelekatan faktor
transkripsi pada promoter membentuk suatu kompleks dan RNA polymerase I
melekat pda kompleks tersebut. Pada manusia ditemukan 2 faktor transkripsi,
yaitu hUBF (human upstream binding factor atau faktor pengikatan/pelekatan hulu
manusia) melekat langsung pada kedua daerah promoter DNAr manusia dan
mengaktifkan transkripsi. Protein lain, SLI, dibutuhkan untuk pengenalan
promoter serta inisiasi transkripsi yang dikatalisis oleh RNA polymerase
I. SLI tidak berlekatan langsung pada promoter, tetapi berinteraksi dengan
promoter melalui interaksinya dengan kompleks hUBF-DNA. Apabila hUBF dan SLI
sudah melekat pada promoter, maka RNA polymerase I ikut melekat dan
proses transkripsi mulai berlangsung (Russle, 1992 dalam Corebima, 2002).
Terminasi prekursor RNAr
bervariasi pada makhluk hidup. Pada Xenopus tedapat 2 tapak terminasi
transkripsi yang penting, yaitu T2 dan T3. Tapak T2 berukuran 235 bp ke arah
hilir dari ujung 3’ urutan DNAr 28S, sedangkan tapak T3 berukuran 200 bp ke
arah hulu tapak inisiasi transkripsi dari unit transkripsi DNAr berikutnya.
Tapak T2 dan T3 sama-sama mengandung urutan identik seukuran tujuh nukleotida
yaitu 5’-GACTTGC-3’. T2 merupakan tapak
primer yang digunakan untuk mengakhiri transkripsi prekursor RNAr, sedangkan T3
merupakan tapak terminasi yang aman dari kegagalan (fail-safe termination
site). Unit-unit transkripsi DNAr tersusun dalam suatu deretan berjejer,
maka sistem terminasi yang aman dari kegagalan tersebut memungkinkan molekul RNA
polymerase secara potensial mulai beraktivitas pada satu unit transkripsi
dan diteruskan ke unit transkripsi berikutnya dalam deretan tersebut (Russel,
1992 dalam Corebima, 2002).
Pembentukan RNA Siap Pakai Pasca Transkripsi (Prosesing)
Pada
dasarnya, hasil transkripsi dari gen pengkode protein (RNAd), RNAt maupun RNAr
dan RNAsn belum siap pakai, baik pada prokariotik maupun eukariotik. Kebanyakan
RNA non ribosomal yang disintesis dalam nukleus terdiri dari molekul yang
sangat besar. RNA ini merupakan bagian dari heterogenous
nuclear RNA (hnRNA) dan disebut pre-mRNA.
Kebanyakan, namun tidak semua, gen pada eukariot memiliki
intron (intervening sequences yaitu
sekuen DNA yang tidak ditemukan komplemennya pada produk RNAd di sitoplasma) di
antara ekson (expressed sequences).
Gen yang tidak mengandung intron misalnya gen untuk histon dan interferon (Klug
& Cummings, 1996). Transkripsi awal, karenanya mengandung semua sekuen gen.
Sekuen intron dikeluarkan selama peristiwa yang disebut “prosesing”. Menurut Gardner dkk (1991) terdapat sekuen yang tetap
pada semua ujung intron yaitu Ekson-GT.....(intron)....AG-ekson. Dan hal ini yang diperkirakan
bertanggungjawab pada proses splicing
intron.
Splicing adalah peristiwa
pengeluaran intron melalui proses pemotongan dan penggabungan kembali ekson
(Gardner dkk, 1991; Russel, 1992 dalam Corebima, 2002; Klug & Cumming,
1996).
Terdapat 3 tipe berbeda pada pemotongan intron RNA:
1.
Pemotongan intron
pada prekursor RNAt menggunakan endonuclease
yang diikuti reaksi ligasi oleh aktivitas ligase
2.
Pemotongan intron
pada prekursor rRNA secara autokatalitik dengan reaksi unik yang dimediasi oleh
molekul RNA itu sendiri tanpa melibatkan aktivitas enzim
3.
Pemotongan intron
hasil transkripsi nuclear pre-RNAd (hnRNA)
melalui 2 tahapan reaksi yang dilakukan oleh kompleks partikel ribonucleoprotein yang dikenal sebagai spliceosome
(Gardner dkk, 1991)
Pemotongan intron dari prekursor RNAt
Produk
awal hasil transkripsi RNAt pada makhluk hidup prokariotik dan eukariotik
disebut RNAt precursor atau pre-tRNA. RNAt ini lebih panjang daripada RNAt siap
pakai, memiliki urutan ujung kepala (leader) pada ujung 5’ dan urutan ekor
(trailer) pada ujung 3’ (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Urutan kepala dan
ekor disingkirkan selama proses pembentukan RNAt siap pakai, baik pada
eukariotik maupun prokariotik. Proses ini berlangsung di dalam inti pada eukariotik. RNAt siap pakai berukuran sekitar
4S dan terdiri dari rantai tunggal berisi 75-90 nukleotida. Urutan nukleotida
bervariasi bergantung pada macam RNAt.
Di kalangan makhluk hidup prokariotik, suatu kelompok gen
RNAt dapat ditranskripsikan bersama menghasilkan suatu transkripsi RNA tunggal
yang mengandung sejumlah urutan nukleotida RNAt. Pada akhirnya urutan 5’ kepala
yang berada pada daerah spacer dan ujung 3’ akan disingkirkan.
Gardner dkk (1991) menyatakan proses penyingkiran intron
RNAt ini telah dipelajari pada ragi. Proses pemotongan intron ini terjadi dalam
2 tahapan.
Tahap 1: enzim splicing endonuklease
(tRNA endonuklease) yang terikat
membran nukleus memotong di dua tempat pada ujung intron prekursor RNAt
menghasilkan ujung 5’OH dan 2’-3’ gugus pospat siklik pada ujung 3’.
Tahap 2: enzim splicing
ligase (RNA ligase) menghubungkan
kedua ujung RNAt melalui 4 tahapan yaitu: (1) penambahan gugus pospat ke ujung
5’OH dengan bantuan kinase dan ATP; (2) gugus pospat 5’ diaktivasi melalui
transfer gugus AMP ke ujung dari AMP-ligase intermediet; (3) 2’-3’ pospat
siklik dibuka oleh aktivitas cyclic
phosphodiesterase yang memproduksi 2’ pospat dan 3’ hidroksil bebas; (4)
ligasi akhir terjadi melalui penyerangan nukleofilik 3’OH bebas ke 5’ pospat
dengan pelepasan AMP. Keempat reaksi ini dikatalisis oleh splicing ligase. Proses ini terjadi pada hampir semua eukariot,
kecuali pada mamalia. Perbedaan proses terjadi pada langkah keempat yaitu
menghubungkan 2’-3’ ujung pospat ke ujung 5’OH.
Pemotongan intron dari prekursor rRNA
Pada proses splicing
rRNA, aktivitas splicing yang memisahkan intron dari prekursor rRNA adalah
karena faktor intrinsik dalam molekul RNA itu sendiri. Proses ini disebut aktivitas autokatalitik atau self
excission process (Klug & Cummings, 1996). Proses ini juga
ditemukan pada sejumlah besar rRNA, RNAt, dan prekursor mRNA pada mitokondria
dan kloroplas (Gardner dkk, 1991). Pada proses autokatalitik ini tidak
diperlukan sumber energi eksternal dan sumber protein (enzim). Sebaliknya,
melibatkan serial transfer ikatan phosphoester. Menurut Yuwono (2008),
mekanisme pemotongan intron secara autokatalitik dibedakan menjadi 2, yaitu
gen-gen yang mengandung intron grup I dan intron grup II.
Pada intron grup I, proses splicing melibatkan penambahan
nukleotida guanin pada ujung 5’ intron (Yuwono, 2008). Atau oleh Gardner dkk
(1991), reaksi ini membutuhkan nukleosida guanin atau nukleotida dengan gugus
3’OH bebas (GTP, GDP, GMP atau guanosin) sebagai ko-faktor. Nukleotida guanin
akan menyerang nukleotida adenin pada ujung 5’ intron dan melepaskan ekson 1.
Gugus OH pada ekson 1 menyerang ekson 2 dan melepaskan intron yang linier
(Yuwono, 2008)
Pada intron grup II penyerangan dilakukan oleh adenin
yang ada dalam intron sehingga terbentuk struktur lariat. Mekanisme splicing
intron grup II mempunyai kemiripan dengan mekanisme splicing menggunakan
spliceosome (pemrosesan RNAd) (Klug & Summings, 1996). Hal ini memberikan
gambaran adanya kemiripan fungsi antara snRNP (spliceosome) dengan gugus katalitik
pada intron grup II. Dugaan lanjutan adalah intron pada mRNAS gen inti secara
evolusioner berasal dari intron grup II yang ada pada bakteri.
Jadi, intron dipotong dengan transfer ikatan 2
phosphoester dan intron yang dipotong ini dilingkarkan menggunakan transfer
ikatan phosphoester lainnya. Proses autokatalitik splicing ini terdapat
intramolekuler secara alami, dan tidak bergantung pada konsentrasi. Lebih
lanjut, prekursor RNA mampu membentuk pusat aktif dimana kofaktor guanosin 3’OH
berikatan.
Proses pemotongan intron pada pre-mRNA
Pada prokariot, RNA hasil transkripsi langsung berfungsi
sebagai molekul RNAd yang akan ditranslasikan pada biosintesis protein (Brown,
1989; Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Pada organisme prokariotik proses
translasi berlangsung ketika transkripsi belum sepenuhnya selesai. Hal ini
disebut sebagai coupled transcription and
translation (Gardner dkk, 1991) atau transkripsi dan translasi berpasangan
(Corebima, 2002). Menurut Gardner dkk (1991) hal ini terjadi karena tidak ada
membran inti yang meisahkan transkripsi dan translasi dan arah transkripsi
maupun arah translasi sama-sama 5’à
3’. Hal ini berbeda dengan mekanisme yang terjadi pada organisme eukariotik
yang mengalami modifikasi terlebih dahul, berupa pemotongan intron, penambahan
cap 5’ dan polyadenilasi 3’.
Molekul RNAd pada prokariot maupun eukariot terdiri dari
3 bagian:
1.
urutan kepala 5’ (5’ leader sequence) : berisi informasi
yang akan dibaca ribosom untuk mengarahkannya dengan tepat dalam memulai
biosintesis protein
2.
urutan pengkode
protein (protein-coding sequence):
berisi informasi yang akan menentukan urutan asam amino pada biosintesis
protein
3.
urutan ekor 3’ (3’ trailer sequence): tidak
ditranslasikan menjadi asam amino
(Corebima,
2002)
Pemotongan prekursor mRNA nuklear dilakukan dengan 2
tahap. Proses pemotongan ini dilakukan oleh struktur kompleks RNA/protein
disebut spliceosome. Spliceosome mirip dengan ribosom kecil; mengandung
set molekul RNA kecil yang disebut snRNA
dan set protein yang masih belum diketahui dengan jelas srukturnya. Ada 5 jenis
snRNA yang terlibat, yaitu U1,U2,U4,
U5 dan U6 terlibat dalam splicing pre-mRNA sebagai komponen spliceosome (snRNA U3 dilokalisasi dalam nukleolus
dan kemungkinan terlibat dalam pembentukan ribosom). snRNA tidak terdapat
bagian molekul RNA bebas melainkan berada pada snRNP. Ada 4 bentuk snRNP.
Masing-masing snRNP berisi masing-masing U1 U2 dan U5. Sedangkan snRNA U4 dan
U6 berada pada 1 jenis partikel snRNP.
RNAd siap pakai pada eukariotik merupakan hasil dari
modifikasi pasca transkripsi (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Modifikasi
pasca transkripsi pada RNAd eukariotik meliputi:
- penyingkiran hasil transkripsi intron (splicing)
- modifikasi ujung RNAd hasil transkripsi (5’ capping
dan penambahan ekor poly A)
Sedangkan menurut Gardner dkk (1991) proses modifikasi
pasca transkripsi terhadap RNAd berlangsung meliputi tahapan:
- pemotongan prekursor RNAd (pre RNAd) menjadi molekul
RNAd yang lebih kecil
- penambahan 7-methyl guanosine group (mRNA caps) pada
ujung 5’
- penambahan ±200 sekuen adenylate nucleotida (poly A)
pada ujung 3’
- pembentukan kompleks dengan protein tertentu
Proses penyingkiran hasil transkripsi diikuti dengan
penyambungan hasil transkripsi ekson. Proses tersebut disebut sebagai RNAd
splicing. Proses splicing meliputi tahapan:
1.
pemutusan sambungan di ujung 5’ intron:
Ujung 5’ hasil transkripsi intron mempunyai urutan
nukleotida berbasa GU, sedangkan ujung 3’ memiliki urutan nukleotida berbasa
AG. Menurut Gardner dkk (1991) urutan nukleotida tersebut merupakan nukleotida
yang conserved (selalu sama letaknya): ekson-GU...intron...-AG-ekson. Menurut
Russel (1992) dalam Corebima (2002) urutan tersebut spesifik untuk intron hasil
transkripsi. Terjadi pemutusan sambungan di ujung 5’ intron.
2.
pelengkungan keluar urutan intron:
Ujung 5’ yang bebas selanjutnya melengkung dan
berhubungan dengan suatu nukleotida berbasa A (yakni nukleotida yang merupakan
bagian dari suatu urutan titik cabang atau branch
point sequence). Nukleotida ini terletak pada hulu ujung 3’. Akibatnya
terbentuk struktur lengkungan keluar yang oleh Russel (1992) disebut sebagai
struktur lariat (lariat structure).
Urutan konsensus titik cabang pada mamalia adalah YNCURAY (Y=pirimidin, R=
purin, N= basa apapun). Nukleotida berbasa A terletak pada posisi urutan
nukleotida ke 18 hingga 38 ke arah hulu ujung sambungan 3’. Sedangkan pada
ragi, urutan pada titik cabang ini lebih rigid sekalipun posisinya lebih
bervariasi, yaitu urutan UACUAAC.
Posisi struktur lariat terjadi karena ikatan ujung 5’ dengan basa A (yang
ditebalkan). Struktur lariat terjadi karena adanya ikatan fosfodiester
2’-5’yang tak lazim antara ujung 5’ dan basa A di titik cabang. Ikatan tersebut
tepatnya terjadi antara gugus OH di karbon no.2 nukleotida berbasa A dengan
gugus fosfat di atom karbon no. 5 dari nukleotida berbasa G (Russel, 1992 dalam
Corebima, 2002).
3.
pemutusan hubungan hasil transkripsi di ujung 3’ intron
dan penyambungan kedua ekson:
Pemutusan hubungan hasil transkripsi ini dilakukan dengan
bantuan enzim nuklease. Setelah
pemutusan ujung 3’, urutan intron dikeluarkan dari hasil urutan nukleotida pada
RNAd. Hasil transkripsi intron yang tersingkir ini pada mulanya masih tetap
bertahan dalam struktur lariat. Dengan bantuan debranching enzyme,
struktur lariat diubah menjadi struktur linier dan didegradasi.
Gambar 6. Proses splicing pada sel ragi (sumber:
http://8e.devbio.com/images/ch05/rna21p.GIF)
Proses penyingkiran hasil transkripsi intron berlangsung
pada inti, yakni pada struktur yang disebut spliceosome. Spliceosome adalah
struktur/kompleks penyambungan atau splicing complex. Spliceosome
terdiri dari asosiasi beberapa RNPsn (small nuclear ribonucleoprotein particle)
yang terikat pada RNAd prekursor. RNPsn sendiri merupakan asosiasi antara RNAsn
(small nuclear RNA) dan protein. Terdapat 6 RNAsn dalam inti sel, yaitu U1-U6
yang berasosiasi dengan 6-10 macam protein membentuk RNPsn. U4 dan U6 berada
pada RNPsn yang sama, sedangkan yang lainnya ditemukan pada RNPsn khusus
sendiri-sendiri.
Model perakitan spliceosome dikemukakan oleh Russel
(1992) dalam Corebima (2002) sebagai berikut:
- RNPsn U1 berikatan dengan tapak penyambungan di
ujung 5’ (terjadi akibat perpasangan basa RNPsn U1 dengan urutan tapak
penyambungan di ujung 5’)
- RNPsn U2 berikatan dengan daerah titik cabang
- Partikel U4/U6/U5 yang belum dirakit bergabung
dengan kompleks yang sedang terbentuk
- RNPsn U4 berasosiasi dengan kompleks tadi, dan
mengakibatkan terbentuknya spliceosome yang aktif.
Salah satu kemungkinan peranan spliceosome dalam
penyingkiran intron adalah RNPsn membantu pelipatan RNAd prekursor menjadi
struktur tertentu yang mengakibatkan RNAd prekursor dapat mengkatalisasi penyambungan
sendiri.
- penggabungan hasil-hasil transkripsi ekson
5’ Capping
Proses
ini sebenarnya adalah penambahan nukleotida berbasa guanin (umumnya 7-methyl
guanosine) pada nukleotida di ujung 5’ (Brown, 1989; Russel, 1992 dalam
Corebima , 2002). Penambahan tersebut terjadi melalui ikatan tak lazim antara
5’ dan 5’. Terjadi pula proses penambahan 2 gugus CH3 pada dua nukleotida
pertama dari rantai RNA.
Tahapan proses 5’ capping adalah
sebagai berikut:
- Enzim polimerase II memulai transkripsi pada
nukleotida yang memiliki basa tempat penambahan cap (tapak penutup atau
cap site)
- Bila hasil transkripsi mula-mula sepanjang 20-30
nukleotida, suatu struktur penutup (yang telah mengalami metilasi)
ditambahkan pada ujung 5’ hasil transkripsi tersebut.
- Penutup (cap) merupakan tempat ujung 5’ RNAd tempat
berikatan dengan ribosom
Yuwono (2008) menerangkan proses metilasi yang terjadi
sebagai berikut:
- Enzim trifosfatase memotong gugus fosfat pada ujung
pre RNAd
- Enzim guanilil transferase menambahkan GMP (guanosin
mono pospat).
- Enzim metil transferase melakukan metilasi tudung
guanosin pada N7 dan gugus 2’-O-metil pada nukleotida ujung tudung
tersebut
Gambar 7. Pola 5’ capping
Tudung mRNA memiliki 4 fungsi yaitu:
- melindungi mRNA dari degradasi
- meningkatkan efisiensi translasi mRNA
- meningkatkan pengangkutan mRNA dari nukleus ke
sitoplasma
- meningkatkan efisiensi proses splicing mRNA
(Yuwono, 2008)
Penambahan Ekor Poly A
Pada ujung 3’ RNAd eukariotik terjadi penambahan urutan nukleotida yang
berjumlah 50-250 nukleotida berbasa adenin (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002).
Struktur ini dikenal sebagai ekor poly A. Penambahan ekor poly A ini terjadi
pada RNAd semua spesies, kecuali pada RNAd protein kistron pada mamalia.
Penambahan
ekor poly A merupakan mekanisme yang pemberian sinyal yang menandakan ujung
akhir dari RNAd eukariotik (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002). Pada eukariot,
tidak ditemukan nukleotida terminasi transkripsi spesifik (seperti protein ρ
pada prokariotik), sehingga proses transkripsi akan berlangsungn terus hingga
mencapai ratusan bahkan ribuan nukleotida melalui tapak penambahan poly A. Pada
suatu saat tertentu terjadi pemutusan pada tapak tersebut (dengan bantuan enzim
endonuklease khas RNA) sehingga dihasilkan ujung 3’OH dan selanjutnya pada
ujung itu ditambahkan ekor poly A.
Pada
posisi 10-30 nukleotida di hulu tapak poly A terdapat urutan AAUAAA yang
bertanggungjawab menandai lokasi tapak poly A, selain urutan nukleotida lain di
hilir tapak poly A yang juga ikut berperan (Russel, 1992 dalam Corebima, 2002).
Penambahan ekor poly A dikatalisasi oleh enzim polymerase poly (A)
Peranan
ekor poly (A) berhubungan dengan stabilitas RNAd (Russel, 1992 dlam Corebima,
2002). Hal ini diketahui dari percobaan RNAd protein globin yang masih memiliki
ekor poly A normal, disuntikkan dalam oosit katak, akan tetap aktif
ditranskripsikan selam ajangka waktu yang cukup lama, sedangkan jika yang
disuntikkan tanpa ekor poly (A), maka RNAd tersebut akan didegradasi.
TRANSLASI
Translasi
Proses translasi lebih kompleks
daripada replikasi dan transkripsi. Translasi melibatkan 4 hal, yaitu mRNA,
tRNA, ribosom, dan asam amino. mRNA adalah kode yang akan diterjemahkan. tRNA
adalah penterjemah mRNA. Ribosom adalah tempat terjadingan penerjemahan.
Asam amino adalah hasil terjemahan kode mRNA oleh tRNA. Ribosom terdiri atas 2
subunit, yaitu subunit
besar dan subunit kecil.
Ke-2 subunit bergabung jika terjadi translasi.
Translasi
mRNA oleh ribosom dapat terjadi sebelum transkripsi selesai dan translasi dapat
dilakukan oleh banyak robosom (poliribosom). Mekanisme demikian
memungkinkan pertumbuhan dan respons bakteri yang luar biasa cepat. Translasi
dimulai dari masuknya mRNA ke dalam ribosom (subunit kecil). Urutan translasi
adalah sebagai berikut. mRNA terikat pada subunit kecil ribosom. Dengan
terikatnya mRNA, maka subunit besar berasosiasi dengan subunit kecil
menghasilkan ribosom utuh. Proses penterjemahan berlangsung dengan terjadinya
proses penterjemahan mRNA oleh tRNA menjadi asam amino. Proses penterjemahan
berhenti ketika tRNA mengenali kode berhenti pada mRNA.
Kode
awal mRNA adalah AUG. Proses terjemahan mRNA berlangsung per 3 kode (triplet kodon).
Terdapat 64 kode untuk 20 asam amino, sehingga terdapat lebih dari 1kode untuk
1 asam amino (Tabel 8.1). Dengan demikian terdapat 64 tRNA berasosiasi dengan
20 asam amino.
Tabel. Triplet
kodon asam amino pada mRNA
Kode pertama
|
Kode kedua
|
Kode ketiga
|
|||
|
U
|
C
|
A
|
G
|
|
U
|
Fenilalanin
Fenilalanin
Leusin
Leusin
|
Serin
Serin
Serin
Serin
|
Tirosin
Tirosin
Stop
Stop
|
Sistein
Sistein
Stop
Triptofan
|
U
C
A
G
|
C
|
Leusin
Leusin
Leusin
Leusin
|
Prolin
Prolin
Prolin
Prolin
|
Histidin
Histidin
Glutamin
Glutamin
|
Arginin
Arginin
Arginin
Arginin
|
U
C
A
G
|
A
|
Ileusin
Ileusin
Ileusin
Metionin
|
Treonin
Treonin
Treonin
Treonin
|
Asparagin
Asparagin
Lisin
Lisin
|
Serin
Serin
Arginin
Arginin
|
U
C
A
G
|
G
|
Valin
Valin
Valin
Valin
|
Alanin
Alanin
Alanin
Alanin
|
Aspartat
Aspartat
Glutamat
Glutamat
|
Glisin
Glisin
Glisin
Glisin
|
U
C
A
G
|
http://cahscient.files.wordpress.com/2008/08/textbook-mikrobiologi8.doc
Tranlasi RNA menjadi
protein atau polipeptida
Translasi adalah proses penerjemahan kode-kode genetic
(kodon) yang ada pada molekul mRNA urutan-urutan asam amino. Hanya molekul mRNA
yang ditranslasi, sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Pembacaan dari
sebuah molekul mRNA mulai dari sebuah titik permulaan yang tepat. Codon pertama
yang dibaca adalah AUG, yang memberi tanda asam amino methionine. Dalam sel-sel
bakterial, codon AUG memberi tanda methionine (Met) ketika muncul di mana pun
dalam molekul mRNA. Pada beberapa
bakteria, codon AUG bertindak sebagai inisiator codon yang mengkhususkan
f-Met untuk memulai rantai polypeptide, meskipun ketika GUC muncul pada
posis internal dalam molekul mRNA, memberi
kode untuk valine. Baik itu Met atau f-Met merupakan bagian pertama dari asam
amino dalam semua rantai peptide ketika mereka disintesiskan secara inisial,
terminal asam amino bisa dimodifikasi secara enzimatis kemudian. Deformylase
bisa memindahkan grup formyl dari formylmethionine, dan methionine amino
peptidase bisa memindahkan methionine dari amino terminus dari peptide. Olehkarena itu, tidak
semua polypeptides dalam mikroorganisme memiliki f-Met pada ujung terminal
amino mereka.
Bagian
pangkal codon menentukan ‘reading frame’ (rentetan tiga-nucleotide) untuk
bagian selebihnya dari molekul mRNA , sebab, landasan-landasan nucleotide
dibaca tiga pada satu waktu sepanjang rentai berkelanjutan dari nucleotides,
mengubah posisi kerangka membaca dengan memasukan atau menghapus landasan
nucleotide tunggal dalam sebuah gen bisa mempengaruhi secara dramatis rentetan
asam amino dari protein yang bisa diproduksinya.
Karena
terjemahan bisa dimulai secara teoritis dengan berbagai nucleotide melalui
triplet codons, terdapat tiga kerangka membaca potensial dalam berbagai kawasan
di DNA. Sebuah protein diterjemahkan dengan kerangka yang mulai dengan codon
inisiasi AUG, memperluas melalui satu seri codon-codon yang mengkhususkan asam
amino, dan berakhir ketika terminasi codon dicapai.
Sebuah
kerangka membaca yang mengandung codon-codon yang secara eksklusif mengkode
asam amino disebut ‘open reading frame’ (ORF). Kerangka membaca yang terkunci
tidak bisa dibaca menjadi protein karena kehadiran terminasi codon-codon. Deteksi
dari sebuah ORF, yang bisa dilakukan dengan menguji rentetan nucleotide
diterjemahkan menjadi sebuah protein. Melacak database dari rentetan nucleotide
yang telah ditunjuk untuk memberi kode protein-protein yang dikenali bisa
membantu mengidentifikasi fungsi dari
kerangka membaca terbuka. Homologies tinggi ditemukan sepanjang
spesies-spesies untuk rentetan nucleotides yang telah melibatkan dan mengode
protein-protein dengan fungsi-fungsi identik.
Beberapa
protein dibutuhkan sebagai faktor-faktor inisiasi untuk memulai proses
terjemahan. Dalam sel-sel bakterial, tiga faktor inisiasi, IF1, IF2 dan IF3
dibutuhkan. Sedikit informasi yang diketahui mengenai faktor-faktor inisiasi
eukaryotik 4D (eIF4D). Dalam sel-sel eukaryotik, paling tidak sembilan faktor-faktor
inisiasi eukaryotik (eIF1 ke eIF6) dibutuhkan untuk memulai sintesis protein.
Translasi
berlansung di dalam ribosom. Pada organisme prokaryot, translasi sudah dimulai
sebelum transkripsi (sintesis mRNA) selesai dilakukan. Dengan demikian proses transkripsi
dan translasi pada prokaryot berlangsung secara hampir serentak. Sebaliknya
pada eukaryot, proses translasi baru dapat berlangsung jika proses transkripsi
(sintesis mRNA yang matang) sudah
selesai dilakukan. Dalam proses translasi diperlukan molekul tRNA yang berfungsi membawa asam amino
spesifik. Terdapat 1 sampai 6 t-RNA untuk masing-masing asam amino dari 20 asam
amino yang dikenal pembentuk protein. Ribosom mengkatalisis pembentukan ikatan
peptida di antara dua asam amino yang berdekatan.Terdapat sekitar 20 macam tRNA
yang masing-masing membawa asam amino spesifik, karena di alam terdapat 20 asam
amino yang menyusun protein alami.
Sintesis
protein terdiri atas 3 tahap, inisiasi, elongasi, dan terminasi. Pada tahap
inisiasi, dibentuklah kompleks inisiasi untuk kemudian memulai sintesis dan
berikatan dengan start kodon pada mRNA . Suatu bagian dari rantai mRNA yang
menjadi tempat mulainya translasi adalah Ribosome Binding Sites (RBS) atau
sekuen Shine Dalgarno. Proses translasi dimulai dari menempelnya ribosom pada
RBS. Setelah subunit 30S dari ribosom menempel pada RBS. Subunit itu bergerak sepanjang
mRNA hingga mencapai kodon awal (kodon AUG). Selama elongasi asam amino
membentuk ikatan kovalen secara
berurutan mengikuti gerakan ribosom sepanjang mRNA. Terminasi sintesis
potein terjadi jika ribosom sampai kepada kodon nonsens (UAA, UGA, UAG).
Peptida selanjutnya terlepas dari ikatan tRNA dan ribosom berdisosiasi menjadi
sub unitnya. Translasi adalah penerjemahan kodon pada mRNA menjadi suatu polipetida.
Kode
genetika adalah triplet, karena masing-masing kode terbentuk dari tiga
nukleotida yang disebut kodon. Kodon terdiri dari tiga dari empat kemungkinan
nukleotida (A, U, C dan G). Ini berarti akan terdapat 43 = 64 kodon. Keenam
puluh empat kodon ini dikenal oleh t RNA kecuali tiga yang disebut kodon
nonsens.
Sjahril,
Rinaldi. 2008. Aplikasi Konsep Teknologi DNA Rekombinan pada Transfer
Genetik Tanaman. Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Prtanian, Unhas.
Makassar.
TRANSLASI/ BIOSINTESIS
PROTEIN
Protein
merupakan produk dari aliran informasi genetik. Sel membutuhkan ribuan protein
yang berbeda setiap waktu. Protein-protein ini harus di sintesis, dibawa ke
tempatnya berfungsi dan didegradasi bila tidak diperlukan lagi. Sintesis
protein eukariot melibatkan 70 jenis protein ribosom, 20 jenis enzim untuk
mengaktifkan prekursor asam amino, 20 atau lebih enzim dan faktor protein lain untuk inisiasi, elongasi dan terminasi
polipeptida; mungkin 100 enzim untuk pemrosesan protein; dan 40 atau lebih
transfer dan ribosomal RNA. Secara keseluruhan, hampir sekitar 300 makromulekul
yang berbeda terlibat pada sintesis polipeptida. Namun protein di sintesis
dengan kecepatan yang tinggi. Polipeptida dengan 100 residu asam amino dalam E.
coli (pada 37 oC), disintesis dalam waktu sekitar 5 detik. Sintesis ribuan
protein yang berbeda di dalam sel di regulasi dengan ketat, sehingga protein
hanya di sintesis sesuai dengan kebutuhan metabolik sel.
1.
Kode Genetik
Ketika
menemukan struktur DNA, Francis Crick sudah mempertimbangkan bagaimana
informasi genetik yang dikode dalam empat huruf pada DNA dapat di translasi
menjadi 20 huruf pada protein. Crick beralasan bahwa asam nukleat yang
berukuran kecil (mungkin RNA) dapat berperan sebagai ‘adaptor’. Salah satu
bagian dari adaptor berikatan dengan asam amino tertentu dan bagian lain
mengenali urutan nukleotida yang dikode oleh asam amino pada mRNA. Ide ini
kemudian diverifikasi dengan ditemukannya tRNA. tRNA merupakan molekul adaptor
yang berfungsi menterjemahkan urutan nukleotida dalam mRNA menjadi urutan asam
amino dalam polipeptida. Keseluruhan proses sintesis protein yang dipandu oleh
mRNA ini disebut proses translasi.
Setiap
deretan tiga basa pada mRNA, mengkode satu asam amino spesifik disebut kodon.
Terdapat empat basa pada nukleotida (A, G, C dan T) sehingga terdapat 43 = 64
kodon. Beberapa kodon mempunyai fungsi khusus. AUG merupakan kodon inisiasi
yang merupakan awal suatu polipeptida, di samping AUG juga mengkode metionin
dalam polipeptida. Kodon UAA, UAG dan UGA tidak mengkode asam amino dan
merupakan kodon terminasi atau disebut juga stop kodon. Translasi terjadi
dengan cara, setiap kodon dibaca berurutan dan tidak overlap (tumpang tindih).
Kodon pertama pada gen menyediakan reading frame (pola pembacaan). Reading frame tanpa stop kodon sebelum 50
kodon disebut open reading frame dan biasanya merupakan suatu gen.
Gambar.
Kode Genetik
2.
Transfer RNA (tRNA)
Seperti
sudah dijelaskan di atas, proses translasi memerlukan molekul tRNA. tRNA merupakan
molekul adaptor yang berfungsi menterjemahkan urutan nukleotida dalam mRNA
menjadi urutan asam amino dalam
polipeptida. Pada tRNA terdapat urutan tiga basa yang disebut antikodon.
Antikodon ini komplemen dengan salah satu kodon. Sedangkan pada ujung 3’ tRNA
terikat asam amino spesifik. tRNA yang sudah mengikat asam amino disebut
aminoasil tRNA. Paling kurang terdapat 61 jenis tRNA di sitoplasma yang membawa
asam amino yang berbeda. tRNA akan membawa asam amino dari sitoplasma ke
ribosom, tempat dimana sintesis protein terjadi, dan antikodon akan mengenali
kodon komplemennya.
Gambar.
Struktur tRNA
3.
Ribosom
Ribosom
merupakan tempat sintesis protein. E. coli mengandung lebih dari 15.000 ribosom
yang terdapat bebas di sitoplasma. Ribosom merupakan kompleks antara protein
dan rRNA dan terdiri dari dua subunit, yaitu subunit besar dan subunit kecil.
Pada bakteri subunit kecil mempunyai ukuran 30S dan subunit besar 50S,
sementara pada eukariot subunit kecil 40S dan subunti besar 60S. Ribosom
bakteri mengandung sekitar 65% rRNA dan 35% protein. Pada ribosom terdapat tiga
situs untuk mengikat aminoasil tRNA yaitu: situs aminoasil (A), situs peptidil
(P) dan situs exit (E).
Gambar.
Ribosom bakteri dan eukariot
4.
Mekanisme translasi
Proses
translasi berlangsung pada ribosom dan merupakan proses sintesis protein
berdasarkan informasi yang berada pada mRNA. mRNA yang ditranslasi harus
terikat pada ribosom dan pada organisme prokariot pada ujung 5’nya terdapat
suatu urutan yang mengenali ribosom. Urutan ini
dikenal sebagai situs pengikatan ribosom atau ribosome binding site
(RBS). Proses translasi terdiri atas tiga sub proses, yaitu inisiasi, elongasi
dan terminasi.
5.
Translasi pada prokariot
Komponen
pada tahap inisiasi organisme prokariot meliputi kodon insiasi (AUG), tiga
faktor insiasi (IF1, IF2 dan IF3), tRNA inisiator (fMet-tRNA), ribosom subunit
30S dan 50S, dan GTP. Setelah diaktifasi oleh faktor inisiasi, tRNA inisiator
yang membawa anti kodon CAU akan menempati situs P pada ribosom. tRNA kedua
yang membawa anti kodon untuk kodon kedua memasuki situs A pada ribosom. Asam
amino yang dibawa oleh tRNA kedua akan membentuk ikatan peptida dengan asam
amino pertama. Setelah ikatan peptida terbentuk, tRNA yang membawa kedua asam
amino akan bertranslokasi dari situs A ke situs P. Hal ini berlangsung terus
menerus sampai mencapai stop kodon (UAG. UAA. UGA).
Gambar.
Translasi pada prokariot. (a) Inisiasi, (b) Elongasi, (c) Translokasi.
Tidak
ada antikodon yang mengenali kodon terminasi. Translasi berhenti dengan adanya
protein yang disebut Release Factor (RF) yang mengenali kodon terminasi. Pada prokariot
terdapat tiga faktor terminasi yaitu, RF1 yang mengenali kodon UAA dan UAG dan
RF2 yang mengenali kodon UGA dan UAA, sementara RF3 belum diketahui fungsinya.
Pengikatan RF ini memberikan sinyal bahwa proses translasi telah berhenti.
Kedua subunit ribosom akan berdisosiasi dari mRNA dan polipeptida dibebaskan
dari tRNAnya.
Gambar.
Terminasi translasi pada prokariot.
6.
Translasi pada eukariot
Inisiasi
translasi pada organisme eukariot mirip dengan inisiasi pada organisme
prokariot tetapi urutannya berbeda dan melibatkan faktor inisiasi yang lebih
banyak. Perbedaan tersebut disebabkan oleh karena perbedaan struktur ribosom
dan kedua organisme. Faktor inisiasi translasi untuk organisme eukariot dinamai
eIFs (eukaryote Initiation Factor). Komponen pada tahap inisiasi organisme
eukariot adalah kodon inisiasi (AUG), lima faktor inisiasi (eIFl, eIF2, eIF3,
eIF4, eIF5), tRNA inisiator (met-tRNA), ribosom subunit 40S dan 60S, GTP dan
ATP. Pada eukariot tRNA inisiator aminoasil-tRNA, GTP dan eIF2 membentuk
kompleks terlebih dahulu sebelum berikatan dengan subunit 40S. Setelah kompleks
inisiasi terbentuk proses translasi dilanjutkan dengan pemanjangan rantai
polipeptida (tahap elongasi). Mekanisme elongasi pada organisme eukariot mirip
dengan mekanisme elongasi pada organisme prokariot. Tahap awal elongasi adalah
pengikatan aminoasil-tRNA pada situs A melalui penggabungan dengan kodon kedua
mRNA. Aminoasil-tRNA memasuki ribosom dengan bantuan faktor elongasi eEF-1
membentuk kompleks dengan GTP. Faktor elongasi merupakan protein yang
berasosiasi terus menerus dengan ribosom selama penambahan asam amino pada
rantai polipeptida.
Pemanjangan
rantai polipeptida berlangsung terus menerus sampai mencapai kodon yang tidak
dikenali oleh anti kodon yang dibawa oleh tRNA. Sel prokariot dan sel eukariot
juga tidak memiliki tRNA dengan antikodon yang komplemen dengan sinyal
terminasi, tetapi memiliki faktor terminasi (release factor, RF) yang mengenali
sinyal terminasi sintesis protein. Pada organisme eukariot hanya terdapat satu
faktor terminasi yaitu RF yang mengenali ketiga kodon stop UAG, UAA dan UGA. RF
berikatan dengan kodon terminasi pada situs A ribosom dan menstimulasi
hidrolisis ikatan tRNA dan rantai polipeptida pads situs P yang menyebabkan
rantai polipeptida lepas dari ribosom, tRNA dilepaskan serta subunit ribosom dan templat mRNA
berdisosiasi.
Pada
bakteri, proses transkripsi dan translasi bisa terjadi bersamaan, karena DNA
berada di sitoplasma dan semua proses replikasi, transkripsi dan translasi
terjadi di sitoplasma. Bahkan mRNA yang belum selesai di transkripsi sudah
mulai di translasi. Tapi pada eukariot keadaannya berbeda, karena replikasi dan
transkripsi terjadi di dalam inti. mRNA kemudian di bawa ke sitoplasma untuk di
translasi.
Tahap
akhir dari sintesis protein adalah
pelipatan dan pemrosesan. Polipeptida hasil translasi memerlukan struktur
yang tepat untuk berfungsinya. Proses
pelipatan protein meliputi pembentukan ikatan hidrogen, interaksi van der
Waals, ikatan ionik, interaksi hidrofobik dan jembatan disulfida. Sehingga
polipeptida hasil translasi yang awalnya satu dimensi membentuk struktur tiga
dimensi. Selain itu beberapa protein prokariot dan eukariot juga mengalami
modifikasi pasca translasi, seperti: pemotongan peptida sinyal, glikosilasi,
fosforilasi, asetilasi dan metilasi.
REGULASI GEN PADA PROKARIOTIK
A.
Pengertian
Operon
Di dalam sel prokaryot,
terdapat beberapa gen struktural yang diekspresikan secara bersama-sama dengan
menggunakan suatu promotor yang sama. Kelompok gen semacam ini disebut sebagai
“operon”. Misalnya metabolisme laktosa, arabinosa, dan lain-lain. Pada prokaryot,
secara umum dikenal dua macam sistem pengendalian ekspresi genetik yaitu
pengendalian positif dan pengendalian negatif. Pengendalian (regulasi) pada
suatu gen atau operon melibatkan aktivitas suatu gen regulator (Yuwono,2005)
Gen pada sebuah operon diekspresikan secara
terkoordinasi. Gen tersebut dapat diaktifkan atau dinonaktifkan. Apabila
terjadi ekspresi operon, semua gen yang terdapat di dalamnya mengalami
transkripsi. Dalam hal ini terbentuk mRNA polisistronik yang mengkode semua
protein operon. mRNA polisistronik ini mengandung banyak rangkaian kodon start
dan kodon stop yang memungkinkan pembentukan sejumlah protein dari sebuah
transkrip pada tingkat translasi.
Gen untuk protein yang dihasilkan oleh suatu operon
disebut gen struktural. Transkripsi gen struktural diatur oleh promotor yang
terletak di ujung 5’ operon ke arah hulu dari gen untuk protein. Banyak
mekanisme untuk pengaturan sintesis protein yang mempengaruhi pengikatan RNA
polimerase ke promotor dan dengan demikian bekerja pada tingkat inisiasi
transkripsi. Sebagian protein pengatur berikatan dengan promotor dan
merangsang/menghambat pengikatan RNA polimerase. Pada kontrol positif, protein
pengatur merangsang transkripsi. Pada kontrol negatif, protein pengatur
menghambat transkripsi.
Transkripsi
operon juga dikendalikan oleh faktor sigma (σ) yang berikatan dengan RNA
polimerase yang menyebabkan faktor tersebut mengenali dan lebih mudah berikatan
dengan promotor tertentu. Mekanisme lain melemahkan transkripsi RNA yang sedang
berlangsung. Banyak mekanisme pengatur ini mungkin saling tumpang tindih,
bekerja pada operon tunggal untuk memungkinkan berespon dengan cepat terhadap
perubahan kondisi.
Gambar
2 Cara Kerja Inducer
B. Regulasi
Pada prokariot
Regulasi ekspresi gen
banyak dimengerti melalui mekanisme yang dipelajari pada bakteri. Sistem
regulasi yang pertama dimengerti ialah system regulasi operan laktosa pada
bakteri E. coli oleh Yacob Manot.
Regulasi ini berperan dalam mengatur produk si enzim β-galaktosidase, ketika
bakteri harus memilih menggunakan laktosa atau glukosa sebagai sumber
karbonnya. Dua sistem regulasi yang paling umum yang paling umum dilakukan pada
bakteri, yaitu system operan laktosa (operan lac) dan system operan triptopan
(operan trp).
Gambar 3 Model Operon
C. Pengendalian
negatif operon laktosa (lac)
System operon lac adalah system pengendalian
ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di dalam metabolisme laktosa.
Jika bakteri E.coli yang ditumbuhkan dalam
medium yang mengandung sumber karbon glukosa dan laktosa secara bersama-sama,
maka E.coli akan menumbuhkan pola pertumbuhan yang spesifik. Setelah melalui
fase adaptasi, E.coli memasuki fase eksponensial yang ditandai dengan laju
pertumbuhan yang meningkat secara eksponensial kemudian akan mencapai fase
stasioner. Setelah mencapai fase stasioner
beberapa saat kemudian bakteri akan tumbuh lagi memasuki fase
eksponensial kedua sampai akhirnya mencapai fase stasioner akhir. Dalam fase
pertumbuhan semacam ini ada dua fase eksponensial. Pada fase eksponensial
pertama E.coli menggunakan glukosa
sebagai sumber karbon sampai akhirnya glukosa habis dan E.coli mencapai fase
stasioner pertama. Selanjutnya pada fase
eksponensial kedua, E. coli menggunakan
laktosa setelah glukosa benar-benar habis, pada saat inilah sebenarnya mulai
terjadi proses induksi sistem operon laktosa yang akan digunakan untuk
melakukan metabolisme laktosa, ini disebut pola pertumbuhan diauksik (diauxic)
artinya bantuan, karena kedua macam gula tersebut membantu bakteri untuk
tumbuh.
Pada fase stasioner
pertama, operon lactisa terdiri atas beberapa gen mulai diaktifkan. Operon
laktosa terdiri atas 3 gen struktural utama yaitu gen lacZ (mengkode enzim β
galactosidase), gen lacY (mengkode permease galactosida), dan gen lacA
(transasetilase thiogalaktosida). Ketiga gen structural yang berbeda tersebut
dikendalikan ekspresinya oleh satu promoter yang sama dan menghasilkan satu
mRNA yang bersifat polisistronik (polycistronic) karena dalam satu transkrip
terdapat lebih dari satu cistron (sinonim dari kata gen). Masing-masing cistron
tersebut ditranslasi menjadi tiga polipeptida yang berbeda tetapi semuanya
terlibat di dalam metabolisme laktosa. Selain ketiga gen structural tersebut,
juga terdapat gen regulator lacl yang mengkode suatu protein repressor
(tersusun atas 3.60 asam amino) dan merupakan bagian system pengendalian operon lactose. Operon lactose
dapat dikendalikan secara negative maupun secara positif.
Enzim β galactosidase
adalah enzim utama yang digunakan untuk memotong ikatan β galactosidik yang ada
pada molekul lactose sehingga dihasilkan dua monosakarida, yaitu glukosa dan
galaktosa. Enzim permease galaktosida adalah enzim yang berperanan dalam
pengangkutan lactose dari luar ke dalam sel. Enzim yang ketiga yaitu,
transasetilase thiogalaktosida, sampai sekarang belum diketahui secara jelas
peranannya di dalam metabolisme lactose.
Pengendalian operon
laktosa secara negatif dilakukan oleh protein represor yang dikode oleh gen
lacl. Repressor lacl adalah suatu protein tetramerik yang tersusun atas empat
polipeptida yang identik. Represor ini menempel pada daerah operator (lacO)
yang terletak disebelah hilir dari promotor. Operon lac berukuran sekitar 28
pasangan basa. Penempelan represor semacam ini menyebabkan RNA polimerase tidak
dapat melakukan transkripsi gen-gen struktural lacZ, lacY, dan lacA sehingga
operon laktosa dikatakan mengalami represi. Proses penekanan atau represi
semacam ini terjadi terus menerus selama tidak ada
laktosa di dalam sel. Inilah yang disebut mekanisme efisiensi seluler karena
sel tidak perlu mengaktifkan operon lactose jika memang tidak ada lactose
sehingga energy seluler dapat dihemat. Sel akan cenderung untuk menggunakan
sumber karbon yang lebih sederhana terlebih dahulu, misalnya glukosa, untuk
memenuhi kebutuhan selularnya. Setelah tidak ada lagi glukosa di dalam sel,
maka sel akan mencari alternatife sumber karbon yang tersedia. Jika sel E.coli
ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa dan lactose, maka setelah
glukosa benar-benar habis sel akan melakukan metabolism lactose yang ada dengan
cara mengaktifkan terlebih dahulu system operon lactose. lactose Proses
pengaktifan operon lactose semacam ini disebut sebagai proses induksi.
Induksi operon lactosa dapat terjadi jika ada
lactosa di dalam sel. Lactosa yang ada di dalam medium pertumbuhan sel diangkut
ke dalam sel dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon lactose
sebenarnya tidak sepenuhnya ketat karena di dalam sel selalu ada produk
ekspresi operon ini meskipun pada aras paling dasar. Oleh karena itu, meskipun
belum ada induksi sepenuhnya di dalam sel sudah ada produk enzim permease
galaktosida. Enzim inilah yang akan mengangkut laktosa ke dalam sel. Demikian
pula halnya dengan enzim β
galactosidase di dalam sel yang selalu ada dalam jumlah terbatas, meskipun
belum ada induksi sepenuhnya, sehingga dapat mengubah lactose menjadi
allolactosa. Laktosa adaalh disakarida glukosa/galaktosa yang terikat melalui
ikatan β-1,4, sedangkan alloklactosa mempunyai ikatan β-1,6. Allolaktosa ini
yang sesungguhnya menjadi inducer untuk mengaktifkan operon lactose Yuwono ,
2005).
Gambar 4. Sistem induksi dan
represi pada prokariot (a) Regulasi negative pada system ekspresi gen
prokariot. (sumber Yuwono:, 2005)
Selama tidak ada proses induksi, molekul reseptor
yang di kode oleh lacl akan selalu menempel pada operon lac. Meskipun demikian,
RNA polymerase tetap dapat menempel pada promotor lac, hanya saja tidak dapat
melakukan transkripsi karena terhambat oleh molekul repressor yang menempel
pada daerah operon. Repressor yang dikode oleh lacl merupakan molekul protein
allosterik yang mempunyai sisi pengikatan yang berbeda untuk DNA dan molekul
induser. Protein allosterik (allos [latin] artinya lain, sedangkan sterik
berasal dari kata stereo yang berarti bentuk) adalah protein yang mempunyai dua
sisi pengikatan dengan molekul lain. Jika protein terebut berikatan dengan
suatu molekul, maka hal ini akan mengubah bentuk protein pada sisi yang lain
sehingga mengubah interaksinya dengan molekul kedua. Molekul induser dapat
terikat pada repressor yang berada dalam keadaan bebas di dalam sel maupun pada
saat repressor terikat pada DNA. Dengan adanya induser (laktosa yang diubah
menjadi alolaktosa) maka molekul induser akan menempel pada repressor.
Penempelan tersebut akhirnya mengubah secara allosterik konformasi molekul
repressor sehingga repressor tidak dapat menempel lagi pada operator. Oleh
karena itu, daerah operator berada dalam keadaan bebas sehingga dapat dilewati
oleh RNA polymerase untuk melakukan transkripsi gen lacZ, lacY, dan lacA. Setelah
ditranskripsi, tarnskripsi yang membawa kodon-kodon untuk ketiga macam enzim
tersebut selanjutnya di translasi menghasilkan enzim b-galaktosidase
dan permase galaktosida dan transasetilase thiogalaktosida. Enzim b-galaktosidase
dan permase galaktosida itulah yang akhirnya digunakan untuk metabolisme
laktosa.
D. Pengendalian positif operon laktosa (lac)
Selain dikendalikan secara negatif, operon lac juga dikendalikan
secara positif. Dalam sistem semacam ini operon lac diaktifkan kembali setelah
sebelumnya ditekan sampai aras paling dasar (basal level). Pengendalian positif
memberikan keuntungan bagi sel karena operon laktosa tetap dalam keadaan
nonaktif selama masih tersedia glukosa dalam jumlah banyak. Dalam kasus operon
lac, penghilangan represor dari operator tidak cukup untuk mengaktifkan operon
tersebut sehingga diperlukan suatu sistem yang bekreja secara positif
(mempercepat) proses pengaktifan operon. Pada saat E. coli ditumbuhkan
dalam medium yang mengandung dua macam sumber karbon yang berbeda, yaitu
glukosa dan laktosa, maka sel tidak perlu mengaktifkan operon laktosa jika di
dalam sel masih tersedia glukosa. Hal ini ditunjukkan dalam suatu eksperimen
menggunakan E. coli yang ditumbuhkan dalam medium yang mengandung
suksinat dan IPTG (isopropil thigaluktosida). IPTG mempunyai struktur yang
mirip dengan laktosa sehingga dapat berfungsi sebagai inducer operon laktosa.
Pada saat awal ketika IPTG tersedia, b-galaktosidase dapat diekspresikan. Akan tetapi ketika ditambahkan
glukosa maka sintesis enzim ini mengalami penurunan yang tajam. Pada awalnya
diduga bahwa suatu katabolic glukosa (produk pemecahan glukosa) menjadi
penyebab fenomena ini sehingga kemudian dikenal sebagai fenomena represi
katabolic atau efek glukosa. Akan tetapi, ketika molekul nukleotida cAMP
(cyclic AMP) ditambahkan bersama-sama dengan glukosa, proses represi sintesis b-galaktosidase tidak terjadi. Represi katabolic semacam ini juga
terjadi operon yang lain.
Represi katabolik pada operon lac dilakukan melalui protein
regulator yang dikenal sebagai CAP (catabolic activator protein) dan suatu
molekul efektor
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
yaitu cAMP. Telah diketahui bahwa E. coli konsentrasi cAMP yang disintesisi
oleh enzim adenil siklase, berkebalikan dengan konsentrasi glukosa dalam sel. Hal
itu berarti bahwa jika konsentrasi glukosa rendah, maka konsentrasi cAMP
meningkat. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi
glukosa rendah, cAMP akan berikatan dengan CAP dun mengaktifkan operon lac.
Promotor lac mempunyai dua sisi
pengikatan yang berbeda, yaitu sisi
pengikatan untuk RNA polimerase dan sisi pengikatan untuk kompleks CAP‑
cAMP. Kompleks CAP-cAMP terikat pada promotor lac pada daerah diantara
sekuens -72 dan -52 dihitung dari nukleotida pertama operon lac. Sekuens
konsensus sisi pengikatan CAP-cAMP adalah TGTGA. Sisi pengikatan kompleks
CAP-cAMF semacam ini bervariasi dari satu operon dengan operon yang lain,
misalnya pada operon gal sisi pengikatan tersebut terletak pada sekuens -50 dan ‑
23, sedangkan pada operon ara terletak pada daerah -170 dan -78. Meskipun mekanisme rinci pengaktifan operon lac belum diketahui secara jelas, diduga
protein CAP mampu melakukan perubahan pada struktur DNA atau berinteraksi
secara langsung dengan RNA polimerase. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
pengikatan kompleks CAP-cAMP pada promotor membantu RNA polimerase
untuk terikat pada Promotor. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa kompleks
CAP-cAMP dan RNA polimerase saling bersentuhan karena keduanya melekat
pada sisi yang berdekatan di promotor. Kedekatan ikatan CAP-cAMP dengan
RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor
menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase memang secara fisik berdekatan, tetapi pada operan ara sisi pengikatan activator teresbut berada cukup jauh dari promotor. Hipotesis mengatakan bahwa CAP-cAMP mampu menyebabkan perubahan pada struktur DNA yaitu dengan mendekatkan hubungan antara kompleks CAP-cAMP dengan RNA polimerase.
pengikatan untuk RNA polimerase dan sisi pengikatan untuk kompleks CAP‑
cAMP. Kompleks CAP-cAMP terikat pada promotor lac pada daerah diantara
sekuens -72 dan -52 dihitung dari nukleotida pertama operon lac. Sekuens
konsensus sisi pengikatan CAP-cAMP adalah TGTGA. Sisi pengikatan kompleks
CAP-cAMF semacam ini bervariasi dari satu operon dengan operon yang lain,
misalnya pada operon gal sisi pengikatan tersebut terletak pada sekuens -50 dan ‑
23, sedangkan pada operon ara terletak pada daerah -170 dan -78. Meskipun mekanisme rinci pengaktifan operon lac belum diketahui secara jelas, diduga
protein CAP mampu melakukan perubahan pada struktur DNA atau berinteraksi
secara langsung dengan RNA polimerase. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
pengikatan kompleks CAP-cAMP pada promotor membantu RNA polimerase
untuk terikat pada Promotor. Salah satu hipotesis mengatakan bahwa kompleks
CAP-cAMP dan RNA polimerase saling bersentuhan karena keduanya melekat
pada sisi yang berdekatan di promotor. Kedekatan ikatan CAP-cAMP dengan
RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor
menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase tersebut menyebabkan ikatan RNA polimerase dengan promotor menjadi lebih kuat. Pada kasus operon lac, sisi pengikatan CAP-cAMP dengan RNA polimerase memang secara fisik berdekatan, tetapi pada operan ara sisi pengikatan activator teresbut berada cukup jauh dari promotor. Hipotesis mengatakan bahwa CAP-cAMP mampu menyebabkan perubahan pada struktur DNA yaitu dengan mendekatkan hubungan antara kompleks CAP-cAMP dengan RNA polimerase.
Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa pengikatan CAP-cAMP pada
promotor menyebabkan RNA polimerase dapat tertarik pada promotor membentuk
kompleks promotor tertutup (close promotor complex) yang selanjutnya akan
menjadi kompleks promotor terbuka yang siap melakukan ripsi. Pengikatan RNA
polimerase pada promotor tersebut difasilitasi oleh CAP-cAMP melalui interaksi
protein-protein, pembengkokkan DNA atau kedua-nya.
Gambar 5. Sistem induksi dan represi pada
prokariot (b) Regulasi positif pada sistem ekspresi gen prokariot. (Sumber :
Yuwono, 2005)
E. Pengendalian operon triptofan (trp)
Operon trp berperanan di
dalam sintesis asam amino triptofan pada E. coli. Operon trp,
dikendalikan melalui dua macam mekanisme yaitu : (1) penekanan (represi) oleh
produk akhir ekspresi, dan (2) pelemahan (attenuation). Operon ini dikenal
secara negatif oleh suatu represor seperti pada operon lac. Meskipun demikian,
ada perbedaan fundamental antara kedua operon tersebut. Operon lac adalah
operon yang mengkode enzim-enzim katabolik, yaitu enzim yang digunakan untuk
merombak suatu senyawa, sedangkan operon trp adalah operon yang mengkode
enzim-enzim anabolik yang digunakan untuk sintesis suatu senyawa. Operon untuk
enzim katabolik cenderung akan diaktifkan jika ada senyawa yang akan dirombak,
misalnya laktosa. Sebaliknya, operon untuk enzim anabolic pada umumnya akan
dinonaktifkan jika tersedia senyawa yang akan disintesis, misalnya triptofan,
maka operon trp akan dinonaktifkan. Selain dengan mekanisme pengendalian
negatif semacam ini, operon trp juga mempunyai mekanisme pengendalian lain,
yaitu mekanisme pelemahan yang tidak ada pada operon lac.
Pengendalian negatif operon trp
dilakukan dengan cara menekan ekspresi
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator. Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
gen-gen dalam operon itu pada saat tersedia triptofan dalam jumlah banyak. Operon trip terdiri atas 5 gen struktural, yaitu tripE, D, C, B dan A. Promotor dan operator operon ini terletak pada daerah yang sama. Hal ini berbeda dengan operator lac yang terletak tepat pada sisi sebelah hilir promotor lac. Pada daerah hilir setelah promotor, tetapi sebelum daerah gen struktural, terdapat suatu urutan nukleotida (trpL) yang mengkode suatu polipeptida awal berukuran pendek (leader peptida) yang terdiri atas 14 asam amino dan tidak fungsional sebagai protein. Sekuens gen peptida awal tersebut mempunyai kodon inisiasi translasi AUG diikuti oleh 13 kodon asam amino dan kodon terminasi transalsi UGA. Gen struktural trpE mempunyai kodon inisiasi translasi (AUG) tersendiri yang berbreda dari kodon inisiasi pada sekuens peptida awal. Setelah sekuens trpL terdapat suatu sekuens yang mempunyai fungsi khusus dalam pengendalian dengan mekanisme pelemahan (attenuation) yang disebut sebagai daerah attenuator. Selain itu, juga ada gen regulator operon trp yaitu trpR yang mengkode sintesis aporepresor yang tidak aktif jika tidak ada triptofan.
Pada saat triptofan tidak tersedia, atau hanya tersedia dalam
jumlah sangat terbatas, gen trpR hanya menghasilkan aporepresor yang tidak
mampu menempel pada daerah operator sehingga RNA polimerase dapat dengan mudah
melakukan transkripsi gen-gen struktural trpE, D, C, B dan A setelah melewati
daerah attenuator. Sebaliknya, pada saat tersedia triptofan dalam jumlah
banyak, aporepresor yang dikode oleh trpR akan berikatan dengan molekul
triptofan (disebut sebagai ko-represor) sehingga terjadi perubahan struktural
pada protein aporepresor menjadi protein represor yang fungsional. Perubahan
struktural tersebut mengakibatkan represor dapat menempel pada daerah promotor
operon trp sehingga RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen
struktural.
Selain dengan mekanisme pengendalian negatif semacam trp, operon
trp juga dikendalikan melalui mekanisme pelemahan. Perlu dipahami bahwa sistem
represi operator trp sebenarnya tidak cukup kuat, jauh lebih lemah dibandingkan
represor operon lac, sehingga transkripsi gen-gen struktural trp masih dapat
terjadi meskipun ada protein represor. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme
pengendalian yang lain untuk meningkatkan efisiensi selular karena sintesis
asam amino triptofan memerlukan banyak energi.
Jika triptofan dalam jumlah banyak, pada awalnya RNA polimerase
akan melakukan transkripsi sekuens trpL yang kemudian langsung diikuti dengan
transalsi transkrip trpL. Perlu diingat bahwa dalam sistem prokaryot,
tarnskripsi akan langsung diikuti dengan translasi, berbeda dengan eukaryot
yang memiliki sistem terpisah. Meski trpL dapat ditranskripsi namun proses
transkripsi tersebut akan segera diakhiri karena daerah attenuator mempunyai
sekuens terminator transkripsi sehingga akhirnya RNA polimerase terlepas dari
DNA sebelum mencapai gen-gen struktural trpEDCBA. Sekuens terminator pada
daerah attenuator berupa suatu sekuens berulang-terbalik (inverted repeat) yang
diikuti oleh delapan pasangan A-T. Dengan adanya sekuens berulang-balik semacam
ini, maka transkrip mRNA pada daerah ini akan cenderung mengalami pasangan basa
intramolekuler membentuk struktural sekunder jepit rambut (hair pin).
Pembentukan struktur jepit rambut yang diikuti dengan rangkaian basa U tersebut
menyebabkan ikatan antara transkripsi dengan DNA menjadi tidak stabil sehingga
akhirnya transkrip terlepas dan transkripsi tidak dapat dilanjutkan.
Ada 4 sekuens pada daerah peptida awal dan attenuator yang dapat
membentuk, struktur sekuens jepit rambut. Proses pelemahan transkripsi
ditentukan oleh laju translasi peptida awal, relatif terhadap laju
transkripsinya. Sekuens 1 dapat membentuk struktur jepit rambut dengan sekuens
2 (1:2), sedangkan sekuens 3 dengan sekuens 4 (3:4). Struktur jepit rambut 3:4
itulah yang berfungsi sebagai terminator transkripsi sebelum RNA polimerase
mencapai gen trpE. Sebaliknya, jika terjadi struktur jepit rambut antara 2:3,
maka pembentukan struktur 3:4 dapat dicegah,
sehingga tidak ada terminasi transkripsi dan RNA polimerase dapat
berjalan mencapai gen trdEDCBA.
Pengaturan pembentukan struktur sekunder
2:3 atau 3:4 dilakukan dengan mengatur laju translasi peptida awal. Sekuens
peptida awal mengandung dua kodon triptofan (UGG) yang terletak berurutan pada
sekuens 1. Sekuens 1 tersebut dapat membentuk struktur jepit rambut pertama. Keberadaan
dua kodon triptofan yang berurutan semacam ini termasuk jarang karena asam
amino triptofan sangat jarang ditemukan pada struktur protein; triptofan
umumnya hanya ada satu setiap 100 asam amino. Pada saat triptofan tersedia
dalam jumlah sedikit maka jumlah tRNAtrp
(tRNA yang membawa asam amino triptofan) juga akan berkurang. Keadaan ini
menyebabkan ribosom yang melakukan translasi peptida awal akan berhenti pada
daerah kodon triptofan yang pertama sehingga terjadi penumpukan ribosom pada
daerah ini. Ribosom yang menumpuk pada sekuens kodon triptofan pertama
menyebabkan penghambatan pembentukan struktur jepit rambut 1:2, sehingga sekuens 2 dapat membentuk struktur jepit
rambut dengan 3 sekuens (2:3). Akibatnya, struktur jepit rambut 3:4 tidak dapat
terbentuk sehingga tidak ada terminasi transkripsi oleh RNA polimerase.
Sejalan dengan proses transkripsi dan translasi gen struktur
trpEDCBA, maka asam amino triptofan, meningkat, dengan demikian pula dengan
tRNAP. Pada keadaan ini ribosom dapat mencapai daerah terminasi translasi
(UGA), yang terletak antara sekuens 1 dan 2, karena tidak ada lagi hambatan
akibat keterbatasan triptofan sehingga akhirnya ribosom terlepas. Dengan tidak
adanya ribosom maka dapat terbentuk struktur jepit rambut 1:2 dan 3:4, sehingga
struktur 3:4 dapat berfungsi sebagai terminator transkripsi oleh RNA
polimerase.
Pengendalian operon dengan mekanisme serupa (pelemahan) juga
terjadi pada operon his pada E.coli yang mempunyai daerah peptida awal
dengan kodon histin berurutan sebanyak tujuh buah. Selain itu, operon lain yang
juga dikendalikan dengan mekanisme pelemahan adalah operon thr, ilv, leu, dan
phe. Pada bakteri Bacillus substilis, mekanisme pengendalian operon trp,
dengan mekanisme pelemahan dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada saat
triptofan tersedia dalam jumlah banyak triptofan berikatan dengan suatu protein
yang disebut sebagai TRAP dapat melekat
pada RNA-biding atteniator protein). Pengikatan ini menyebabkan TRAP dapat
melekat pada RNA hasil transkripsi gen peptida awal menyebabkan terbentuknya
terminator sehingga transkripsi gen-gen trp tidak terjadi. Sebaliknya, pada
saat triptofan tidak, tersedia dalam jumlah banyak, TRAP tidak dapat berikatan
dengan transkrip gen peptida awal sehingga terbentuk terminator.
F. Pengendalian
Operan ara
Katabolisme L-arabinosa oleh E-coli melibatkan
tiga enzim yang dikode oleh tiga gen berurutan, yaitu araB, araA, dan araD.
Aktivitas transkripsi ketiga gen tersebut diatur oleh gen keempat yaitu araC.
Lokus araC dan araBAD ditranskripsi dengan arah yang berlawanan oleh suatu
daerah promotor sentral. Aktivitas ipromotor araC (Pc) maupun
promotor araBAD (PBAD) distimulasi oleh CAP-cAMP. Operon ara
mempunyai dua operator yaitu araO1 (mengendalikan araC) dan araO2
(mengendalikan araBAD). Operator araO2 terletak cukup jauh dari
promotor PBAD (pada posisi-265 dan -294) tetapi masih mampu
melakukan pengendalian transkripsi. Sisi pengikatan CAP terletak sekitar 200 bp
disebelah hulu dark promotor ara. Protein araC (dikode oleh araC) mempunyai 3
daerah pengikatan yaitu pada araO2, araOl, dan pada aral
yang dapat dibedakan menjadi dua sub-bagian yaitu aral1 dan aral2.
Pada saat tidak tersedia arabinosa, sehingga tidak diperlukan
enzim untuk katabolisme, protein araC melakukan pengendalian negatif dengan
cara menempel pada araO2 dan aral1. Penempelan itu
menyebabkan DNA membengkok sehingga menekan transkripsi operon araBAD.
Sebaliknya, jika arabinosa tersedia, terjadi perubahan konfirmasi protein araC
sehingga protein regulator tersebut tidak dapat menempel pada araO2
melainkan melekat pada aral1 dan aral2. Hal ini
menyebabkan penghilangan struktur bengkokkan DNA yang sebelumnya menekan operon
ara BAD sehingga operon ini dapat ditranskripsi dan translasi menghasilkan
enzim-enzim yang digunakan untuk metabolisms arabinosa.
Protein araC sendiri juga dapat diatur
aras sintetisnya dengan mekanisme autoregulasi. Gen araC ditranskripsi kearah
kiri dari promotornya (PC) sementara disemailah kirinya (disemailah
hulu dari araC) terdapat operator araO1. Pada saat konsentrasi araC
meningkat, protein ini akan menempel pada araO1 sehingga akhirnya menghambat transkripsi araC kearah
kiri (kearah hulu dari lokus araC). Penghambatan transkripsi araC ini pada
akhirnya akan mengurangi jumlah protein represor sehingga tidak disintesisi
dalam jumlah berlebihan.
G. Pengendalian
Operon gal
Operon
gal pada E. coli terdiri atas tiga gen struktural, yaitu galE, galT, dan galK
yang ditranskripsi dari dua promotor yang saling tumpang tindih pada sisi
sebelah hulu dari galE. Operon ini selain bertanggung jawab dalam metabolisme
galaktosa sebagai sumber karbon, juga berperan dalam mengubah UDP-glukosa
menjadi UDP-galaktosa pada waktu tidak ada galaktosa. Meskipun transkripsi
kedua promotor gal dapat diinduksi oleh galaktosa, tetapi produk galE dalam
aras dasar selalu dibutuhkan pada saat tidak tersedia galaktosa. Operon gal
juga diatur oleh sistem represi katabolic. Pada saat konsentrasi cAMP tinggi,
kompleks CAP-cAMP akan menstimulasi transkripsi dari promotor pertama sekaligus
menekan promotor kedua sehingga terbentuk produk gen-gen struktural operon gal.
Sebaliknya, jika bakteri ditumbuhkan dalam medium yang mengandung glukosa,
sehingga konsentrasi cAMP rendah, maka transkripsi dimulai dari promotor kedua
yang terletak disemailah hulu promotor pertama. Keadaan ini menyebabkan
disintesisinya enzim-enzim gal pada aras dasar (basal level). Kedua promotor
gal tersebut dikendalikan secara negatif oleh produk gen galR yang tidak
terikat dengan operon gal.
A.
Kesimpulan
1. Operon
adalah kelompok gen pada prokariotik yang
diekspresikan secara bersama-sama dengan menggunakan suatu promotor yang sama
2.
Dua sistem regulasi yang paling umum dilakukan pada bakteri, yaitu system
operan laktosa (operan lac) dan system operan triptopan (operan trp).
3.
System operon lac
adalah system pengendalian ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab di dalam
metabolisme laktosa.
4.
Operon trp berperanan di dalam sintesis asam
amino triptofan pada E. coli. Operon trp, dikendalikan melalui dua macam
mekanisme yaitu : (1) penekanan (represi) oleh produk akhir ekspresi, dan (2)
pelemahan (attenuation).
5.
Katabolisme
L-arabinosa oleh E-coli melibatkan tiga enzim yang dikode oleh tiga gen
berurutan, yaitu araB, araA, dan araD. Aktivitas transkripsi ketiga gen tersebut
diatur oleh gen keempat yaitu araC. Lokus araC dan araBAD ditranskripsi dengan
arah yang berlawanan oleh suatu daerah promotor sentral.
Terima kasih artikelnya, sangat membantu..
BalasHapusApa ada file wordnya ?